Syukur

 


Syukur

Puisi: Yant Kaiy

 

tak pernah kubayangkan sebelumnya

memang kebiasaanku tak mengingat apa yang akan terjadi

nafsu bekerja mati-matian bergelora di dada

tiada semboyan beristirahat di rindangnya lamunanku

aku tak dapat memalingkan wajah manakala kedahsyatan bahagia menghujam, mengkristal sedemikian rupa

hanya kalimat syukur yang kupersembahkan ke hadirat Ilahi

aku tak sepintar orang-orang lazimnya berdoa

memangnya aku bukanlah manusia keturunan ulama kondang

ayahku petani yang bekerja di bawah terik matahari saban hari

ibunda tukang masak memenuhi selera makan kami

rupanya Tuhan mengabulkan untaian doa, sekian lama kami menengadahkan wajah mengharapkan tetesan hujan tercurah

aku bersyukur atas limpahan nikmat tak ternilai

 

kadang di hati timbul prasangka macam-macam

sehingga kusering jadi bulan-bulanan atas prasangkaku sendiri

sungguh banyak dosaku di perjalanan melelahkan jiwa

fikiranku kacau membuncah dalam angan tak tentu rimba

acapkali kutersentak dari keping-keping asa tersisa

 

tiada teman yang dapat mengetahui perasaanku saat itu

meski di balik gikapku penuh luka tercipta

tak secuil pun perhatiannya tertuju padaku

aku jadi serba salah memijakkan kakiku sebenarnya

walau begitu aku tetap bersyukur

barangkali Tuhan tak menghendaki itu terjadi.

 

Madura, 07/12/1992

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mitos Uang Bernomer 999

Persiapan Lomba Karnaval SDN Pasongsongan 1 dalam Semarak HUT Kemerdekaan RI ke-80

Lomba Gerak Jalan Pelajar di Pasongsongan Berlangsung Semarak

Lomba Baca Puisi Antar Pelajar di Pasongsongan Berlangsung Meriah

Nama-nama Finalis Peserta Lomba Seni Tingkat Kecamatan Pasongsongan

Penampilan Peserta Didik dari Pelosok Desa Pasongsongan Makin Membaik

Semifinal Lomba Baca Puisi Semarak HUT RI ke-80 Berlangsung Seru

Puskesmas Pasongsongan Gencarkan Imunisasi Campak di SDN Sodara 2

Dua Murid SDN Padangdangan 1 Raih Juara Lomba Seni Tingkat Kecamatan Pasongsongan

Perkumpulan Macopat Lesbumi NU Pasongsongan Berkisah tentang Nurbuat