Langsung ke konten utama

Nisan Tak Berbicara

 


Nisan Tak Berbicara

Puisi: Yant Kaiy

 

kugembalakan kambing-kambingku sembari merokok

dudukku merenungkan nasib tak pernah berubah barang sejengkal pun

sedikit rasa kecewa menelantarkan naluri melamunkan sesuatu

mengucur air mataku tanpa terasa memandangi nisan-nisan sekitarku

di sana terbujur sosok dulunya menggugah perasaan manusia sesama

dari sifatnya nan penuh mengundang perhatian serta kasih sayang

lantaran mereka juga miliki sifat seperti milikku

 

terungkit lagi akan dosa selama menelusuri liku hidup

tiada terbayangkan sebelumnya akan dosa menyiksa nanti

setelah maut merenggut nyawa, terbujurlah seorang diri

menikmati pelangi kesepian sungguh kesakitan tiada tara

tak ada upaya dapat menolong dari panas api neraka

hanya sesal begitu terlontar tiada artinya

 

kupandangi nisan tempat mengembalakan kambing

sejujurnya kuakui, tak pernah diri membaca ayat suci Al-Quran

di atas terbujur orang-orang yang menjadikanku

kadang timbul sesal, barangkali tiada artinya dilontarkan

sebenarnya kedua orang tuaku tak pernah mewariskan sifat seperti itu

duh, Gusti berdosakah hamba-Mu dari sukar kehidupan

kuharap engkau akan lebih mengetahui kami selama ini

 

kupulangkan kambing-kambing bersama kekecewaan mendera

kucabuti duri-durinya yang melekat di tubuhnya

namun penyesalanaku tetap melekat, meruah

membuncah serentang detak jantung

kutak tahu lagi harus bersikap bagaimana mengauskannya

lantaran penderitaan terus akan menyiksa

tiada habis-habisnya.

 

Madura, 07/12/1992

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p