Langsung ke konten utama

Balada Perjuangan

 


Balada Perjuangan

Puisi: Yant Kaiy

 

barangkali kita takkan pernah mendapatkan kasih sayang sepuas jiwa

dari pelitnya mereka demi menjaga wibawanya mati-matian

terlantar bukanlah masalah bagi kita mengkeokkan keteguhannya

bertekad jalan satu-satunya nan pasti di alam fana berdebu jiwa

memang seribu satu kemungkinan kita harapkan dari bengisnya dia

biar kita tak dapat secuil pun asalkan tak jadi santapannya

menyerahkan segala tekad kita semula?

tidak sampai titik darahku

takkan mungkin terjadi, kecuali hanya Tuhan berkehendak lain

kita pantang menyerah dengan kebenaran tergenggam jelas

taktik untuk meruntuhkan mereka bukan satu cara mudah

butuh segudang kegersangan alam biar kita sama-sama mampus

mustahil mendapat apa yang kita impikan selama mentari masih ada

 

hidup kita terlalu sarat akan penderitaan, kawan...

kita sama-sama ingin merasakan kasih sayang sejati

di situ berulangkali kita terjungkal tiada artinya

kemudian kita bangkit dengan tubuh penuh luka

tetapi kita tetap berikhtiar mengopeni sepanjang jalan berbatu

lantaran kita tak ingin mati dengan muka penuh aib

 

hidup kita terlalu sarat akan balutan kecewa, kawan...

orang tua kita tak pernah memperhatikan kepentingan kita

beragam kritik lalu kita lontarkan sebagai pelampiasan

kemudian ancaman dipaparkan lewat kalimat-kalimat mengiris hati

namun kita tabah menghadapi semua liku menyesatkan

entah sampai kapan? karena semua Tuhan yang menentukan

kita hanya dapat menadahkan tangan deraikan air mata penyesalan

tundukkan segala amarah atau dendam berkepanjangan

merenungi nasib terluka.

 

Madura, 05/12/1992

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p