Langsung ke konten utama

Sepatuku Melayang


Cerita Humor: Yant Kaiy

Kwjadian ini kualami sekitar setahun yang lalu. Tatkala si "Leher Beton", Mike Tyson dipukul 'KO' oleh James "Buster" Douglas di Tokyo (Rabu, 28 Februari 1990). Saat itu aku menghadiri malam resepsi pernikahan kakakku yang sulung di Sumenep.

Padatnya acara ditambah banyaknya pekerjaan kasar di resepsi itu membuatku tidak tidur semalam suntuk. Pagi harinya, aku pamitan untuk pulang. Lantaran hari itu ada ulangan Fisika di sekolah.

Aku pulang naik bus jurusan Sumenep-Kamal. Aku mengambil tempat duduk paling depan dekat pintu masuk. Penumpang saat itu sedikit, namun setelah beberapa saat lamanya berjalan, bus pun jadi penuh.

Dalam situasi mengantuk akhirnya aku tertidur. Terlebih buaian angi semilir seperti membiusku. Ditengah keterlenaanku, aku terbangun. Kaget. Seorang kondektur membangunkan. Minta ongkos.

"Mas bayar dulu, baru tidurl", katanya. Aku bingung. Mengucek-ngucekmata. Tingkahku membuat si kondektur senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala, masih diiringi  gelak-tawa penumpang lainnya, terutama para cewek.

Aku cuek, saja. Tapi lagi-lagi kantukku menyerang hingga pulas kembali. Baru kira-kira sepeminum teh, tiba-tiba bus bergoyang agak keras. Aku terbangun. Tersentak kaget. Aku gugup dan mencoba mencari keseimbangan dengan kaki berusaha menginjak lantai bus, eh ternyata justru menginjak ruang kosong, yaitu tangga bus di pintu masuk.

"Aduuhl", pekikku lantaran wajahku terantuk besi pegangan, dan dibarengi sepatuku yang masih baru terjatuh, terlempar ke luar. Sial!

"Stop! Stop…" teriakku agar bus mau berhenti, tapi bus terus melaju tak peduli. Penumpang di sekitarku pada senyum-senyum, bahkan tergelak melihat kakiku yang cuma mengenakan sebelah sepatu. Aku jadi bahan tertawaan gratis.

Bus baru berhenti di terminal kotaku. Dengan kaki terpincang-pincang aku ngeloyor, langsung cari sandal
jepit. Sial, sial… Gara-gara tertidur sepatu baru melayang sebelah! Huh,sopir brengsek. Nggak mau berhenti. Nasib... nasib! []

Publish: Tabloid Idola (21/5/1991)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p