Langsung ke konten utama

Elegi Nelayan Pasongsongan


Catatan: Yant Kaiy

Sudah banyak tahu kalau hasil tangkap ikan nelayan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep begitu besar. Realita ini didapat berdasarkan hasil wawancara saya dengan Kepala Desa Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto, S.Pt pada tanggal, 19 Juli 2020. Ia menjelaskan, kalau nelayan tetap berjumlah kurang lebih 3000 orang, plus nelayan tidak tetap sekitar 1000 orang.

Bahkan masyarakat di Pulau Jawa banyak membeli ikan dari Pasongsongan. Tapi anehnya di wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan ini tidak mendapatkan atensi serius dari pemerintah, baik pemerintah daerah atau pusat.

Tidak ada kebijakan pemerintah yang mampu menstimulan para nelayan agar diuntungkan. Paling tidak diberdayakan dalam hal kesejahteraannya. Lantaran diantara sekian perahu yang melaut tidak sampai separuh yang membawa pulang ikan setiap harinya. Selebihnya mereka  tidak mendapatkan hasil yang bisa mencukupi biaya operasional. Pada akhirnya banyak diantara juragan dililit hutang karena perahunya selalu pulang tidak membawa ikan. Ini sebuah keprihatinan yang tidak bisa disembunyikan dan sejatinya bisa dicarikan solusi.

Atensi pemerintah di sini maksudnya semacam regulasi yang menekankan supaya hasil ikan tidak dijual dalam bentuk mentah. Karena pedagang ikan Pasongsongan terbiasa melempar ikan ke beberapa kota di Pulau Jawa dan Bali bukan dalam wujud hasil olahan. Jadi otomatis yang meraup keuntungan sebesar-besarnya bukanlah nelayan Pasongsongan.

Maka diperlukan adanya sarana dan prasarana proses pengolahan ikan representatif yang bisa mengakomodir semua hasil tangkap ikan nelayan Pasongsongan. Dengan begitu akan ada standarisasi harga jenis ikan. Selama ini harga ikan di Pelabuhan Pasongsongan cenderung merugikan nelayan. Jika hasil ikan banyak, maka harga pun turun drastis.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p