Langsung ke konten utama

Kidung Pilu “Yanti Salon” Panaongan

Yanti, owner "Yanti Salon" di Desa Panaongan
Kecamatan Pasongsongan-Sumenep

Apoy Madura, Sumenep – Banyak job rias pengantin dan dekorasi serta rias karnaval peserta didik di lembaga pendidikan swasta  di masa pandemi Covid-19 kali ini tidak jadi terlaksana. Padahal mereka jauh hari sudah ada yang membayar uang muka. Tapi apa boleh buat, himbauan pemerintah mesti ditaati demi kemaslahatan sesama manusia.

“Biasanya sebelum Ramadhan, salon kecantikan saya banjir job. Terutama dari sekolah swasta yang menyelenggarakan karnaval dalam haflatul imtihan. Selain merias wajah, anak-anak juga ada yang menyewa busana dan aksesorisnya,” terang Yanti kepada apoymadura.com via sosial media. Minggu (31/5/2020).

Sudah menjadi tradisi di wilayah Sumenep dan Pamekasan, umumnya lembaga pendidikan swasta dalam tahun ajaran baru menggelar acara haflatul imtihan. Kemeriahan ini bertujuan menarik minat peserta didik baru dan wali murid agar masuk ke lembaga tersebut.

“Sebelum Ramadhan kami juga punya job rias pengantin dan dekorasi yang jumlahnya puluhan orang. Kalau saya kalkulasi, lebih seratus juta rupiah uang menguap begitu saja di tangan,” pintasnya bernada kecewa.
Ini salah satu dekorasi milik "Yanti Salon"


Kisah pilu ini memang tidak hanya dialami dirinya. Pelaku usaha salon kecantikan lainnya juga terimbas dampak pandemi Covid-19.

“Selama pandemi Covid-19 salon kami lebih banyak tutup. Terpaksa kami jualan pentol untuk makan sehari-hari,” ujar Yanti yang salon kecantikannya terletak di sebelah barat Pasar Pasongsongan Kabupaten Sumenep.


Yanti berharap ada atensi dari Pemkab Sumenep dalam keberlangsungan pelaku usaha tata rias kecantikan. Semoga new normal segera berlaku agar para pengusaha tidak kelimpungan, tambah Yanti mengakhiri perbincangan. (Yant Kaiy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p