Langsung ke konten utama

Tentang Salat Jumat dan Tarawih di Sumenep

Bupati Sumenep KH. Busyro Karim (kanan)

SUMENEP, apoymadura.com - Pemkab Sumenep, tidak melarang masjid atau musalla melaksanakan ibadah salat Jumat dan Tarawih berjamaah, asal menyesuaikan dengan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19.

Bupati Sumenep, Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si menyampaikan bahwa, hal itu merupakan hasil dari rapat koordinasi penyesuaian pelaksanaan salat Jumat dan Tarawih, termasuk salat Ied berjamaah, dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), para ulama dan Organisasi Keagamaan di Sumenep.

“Dalam rapat itu menuai kesepakatan bahwa masjid dan musalla tetap melaksanakan ibadah salat Jumat dan Tarawih, dengan harus tetap memperhatikan protokol kesehatan bagi jamaahnya,” terang Bupati dilansir dari laman resmi Kabupaten Sumenep, Senin (27/4).

Akan tetapi, jika diketahui ada musalla tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai kesepakatan bersama, tentu saja akan ada sanksi tegas bagi takmir masjid dan pengurus musalla.

“Kami jelas memberikan sanksi tegas bagi takmir masjid dan pengurus musalla apabila para jamaah ibadah salat Jumat dan Tarawih tidak menerapkan protokol kesehatan,” tegas orang nomor satu di Kabupaten Sumenep itu.

Diterangkan bahwa, sanksi bagi takmir masjid dan pengurus musalla dilakukan secara bertahap. Pertama adalah pemanggilan bagi mereka agar mematuhi protokol kesehatan di masjid dan musallanya.

“Kalau ada masjid dan mushalla tetap melanggar protokol kesehatan, jelas kami larang atau tidak mengizinkan melaksanakan shalat Jumat dan Tarawih termasuk shalat Ied,” terangnya.

Tamabahan informasi, di Rapat Koordinasi Penyesuaian Pelaksanaan Salat Jumat dan Tarawih, selain Bupati dan Forkopimda, hadir juga Kementerian Agama Sumenep, diikuti oleh organisasi keagamaan, seperti MUI, FKUB, PCNU, PD Muhammadiyah, Dewan Masjid dan Pengurus Pondok Pesantren.

“Kami berharap masyarakat yang sedang sakit dan atau orang dengan kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang menjalankan karantina atau isolasi mandiri, hendaknya shalat Jumat dan Tarawih dilakukan di rumahnya masing-masing,” tutup Bupati Sumenep, Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si. (YK/MJ)

Sumber: sumenepkab.go.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p