Plintat-plintut
Opini: Yant Kaiy
Minggu ketiga April 2020 saya beranjangsana ke tempat
tinggal kiai muda yang lumayan banyak santrinya. Tujuannya ingin mewawancarai
dia untuk kepentingan media yang saya gawangi, apoymadura.com. Setelah panjang-lebar kami bercerita dan saling
tanya kabar, maka mulailah saya menggelar beberapa pertanyaan kepada dia.
Namun tiba-tiba sikapnya sedikit mulai jual mahal. Ada sikap
angkuh bahwa dia tokoh sentral yang banyak pengikutnya. Informasi apa pun
tentang leluhurnya dijaman dahulu, dari mulutnya yang paling sahih. Padahal
saya mewawancarainya untuk mencocokkan kisah dari para kerabatnya yang sudah
lebih dulu memberi keterangan.
Ketika mau difoto, kiai muda ini serta merta tegas
menolaknya. Saya jadi kurang nyaman dibuatnya. Tapi saya mencoba senantiasa
tersenyum karena saya butuh informasi. Kemudian saya catat poin-poin penting
darinya.
Ia menegaskan, kalau saya diharamkan memuat namanya di media
massa. Saya pun berjanji dengan nama Tuhan agar dia lebih percaya
Nah, karena keterangannya cukup panjang, saya minta ijin
merekamnya. Lagi-lagi mendapat penolakan dengan alasan seperti tatkala mau
difoto. Dirinya tidak mau dikenal publik. Ia katakan bahwa tak butuh
popularitas berlebih seperti yang pernah diajarkan gurunya kepada dia. Tapi
saya tahu, guru dia sangat tenar namanya karena seorang orator ulung dan banyak
pengikutnya.
Ketika saya berpamitan, tokoh agama muda ini berbisik pada
saya kalau pondok pesantrennya sangat butuh uluran tangan kaum dermawan muslim.
Dia meminta agar pondoknya dimuat di media online saya. Lagi-lagi saya
tersenyum, menjaga sikap tetap stabil seperti semula.
Aneh, bagaimana mungkin orang akan menyumbang kalau dirinya
tidak mau dikenal orang. Bagi saya ini tidak bijak.[]
Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.