Langsung ke konten utama

Mimpi Dapat Pemimpin Bijak

Mantan Kades Mendominasi – Radar Bone
Get Google
Opini: Yant Kaiy
Beberapa waktu lalu saya mengunjungi seorang public figure di kediamannya, Desa Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Ia adalah tokoh cendekiawan tak memiliki kepentingan apa pun untuk sebuah kekuasaan. Pamikirannya logis, manusiawi, dan bijaksana.

Era kini, di bumi nusantara dalam mendapatkan seorang pemimpin yaitu lewat kompetisi di sirkuit politik jungkir balik. Tak peduli kawan, ikatan kekeluargaan yang telah lama terjalin. Semua itu harus ditanggalkan demi sebuah kekuasaan. Politik uang yang dibungkus dengan kardus berlabel bantuan dilarung pada beraneka komunitas. Bahkan mereka memanfaatkan suku, agama, ras, dan antar golongan menjadi senjata ampuh melumat sang pesaing.

Biasanya, sebagai kampiunnya adalah seseorang yang paling banyak menggelontorkan dananya disaat putaran kampanye. Memang tidak mutlak belaku, namun umumnya tradisi ini banyak dipakai oleh mereka selama ini.

Diwaktu sang pemimpin duduk di singgasana, ia mulai menggunakan kalkulator supaya tidak salah berniaga. Jadinya bukan memperbaiki sistem pemerintahan. Ia tak peduli dengan rakyatnya. Ia tidak sensitif (sengaja menutup mata hati) terhadap aspirasi kaumnya yang hak-haknya tertindas dan tergilas tanpa ampun.

Rakyat pun jadi saksi bisu. Belum kering luka lama karena mereka dibenturkan dengan tetangga dan keluarganya yang berbeda pilihan, kini mereka harus gigit jari, menekuri nasib yang tidak mendapatkan pemimpin idaman sesuai mimpinya. Yang tersisa dalam batinnya yakni lautan kecewa.

Menurut sang intelektual yang sedang duduk di depan saya, solusinya yakni dengan revolusi sistem pemilihan. Misalnya di desa. Mereka yang mau menjadi orang nomer satu di desa melalui tes wawancara dan tulis. Bukan lewat pemilihan. Sebab dengan sistem pemilihan langsung lebih banyak mudaratnya. Ujung-ujungnya rakyat yang menjadi korban.

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p