Langsung ke konten utama

Menyoal Kampung Cina di Pasongsongan

Salah satu rumah milik peranakan Cina di Desa/Kecamatan
 Pasongsongan Kabupaten Sumenep.

Opini: Yant Kaiy
Di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep ada sebuah perkampungan yang kebanyakan berkulit putih. Rumah-rumah mereka ada di sepanjang jalan raya Pasongsongan-Sumenep atau Jalan Kiai Abubakar Sidik. Dari beberapa wawancara penulis pada mereka didapat keterangan kalau mereka merupakan keturunan King.

Menurut Kiai Muhammad Ersyad, King berasal dari Tiongkok Tibet yang beragama Islam. Dalam pengembaraan King bersama keluarganya, pertamakali mereka mendarat di Sumatera. Sebagian keluarga King ada yang menetap di situ. King kemudian melanjutkan perjalanan lautnya kembali karena mendengar kabar dari pedagang kalau di Pulau Madura ada pelabuhan besar.

Ternyata yang dituju King adalah Palabuhan Pasongsongan. Sebelumnya Pelabuhan Pasongsongan memang menjadi sentral perdagangan bangsa Arab. King kemudian melakukan aktivitas perniagaannya. Tidak butuh waktu lama King mencapai sukses di bumi Pasongsongan.

Kemudian King menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah. Pulang haji King tidak kembali ke Pasongsongan, tetapi King menetap di Surabaya mengembangkan bisnisnya. Lalu King membeli tanah luas yang dihibahkan ke Sunan Ampel. King meninggal dunia di Surabaya dan disemayamkan di pekuburan Sunan Ampel.

Pecinan
Dalam kamus arti kata “pecinan” adalah tempat permukiman orang Cina. Disebut pecinan atau Kampung Cina yakni didasari pada sebuah wilayah yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa.

Tapi masyarakat Kecamatan Pasongsongan dan sekitarnya menyebut permukiman keturunan King ini dengan Kampung Peranakan. Ketika ada orang yang bertanya kepada penulis, apakah Kampung Peranakan di Desa Pasongsongan itu termasuk pecinan. Ya, karena hanya asal kata dasarnya berbeda, tapi maknanya sama.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p