Langsung ke konten utama

Aksi Karang Taruna Gempass Desa Pasongsongan

Amirul Fatoni (paling kanan) di Pos Pantau Kesiap Siagaan Covid-19 di Pasongsongan.

SUMENEP, apoymadura.com – Di tengah pandemi Covid-19 dimana Sumenep sekarang sudah berada di zona merah, Karang Taruna Gempass Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep tidak tinggal diam saja. Pada malam hari di Pos Pantau Kesiap Siagaan Covid-19 di perbatasan Sumenep-Pamekasan, Karang Taruna Gempass ikut berpatroli juga.

“Kami sengaja bergerak karena kami juga peduli, bahwa pandemi Covid-19 ini tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Insya Allah dengan lahirnya kesadaran akan merapatkan barisan bahwa kita bisa melawan virus corona.  Kita tak boleh pasrah. Harus ada ikhtiar,” tandas Amirul Fatoni yang didampingi Sekretaris Gempass Moh. Ali Ridho kepada apoymadura.com. Senin (27/4/2020).
 
Stand takjil Gempass
Ketua Karang Taruna Gempass Amirul Fatoni di bulan mulia Ramadan belakangan ini sangat sibuk. Malam harinya  ikut Patroli Cepat Tanggap Covid-19 di pos pantau, dan siang harinya berjualan takjil di pertigaan jalan raya menuju Pelabuhan Pasongsongan. Stand takjil juga menjual paket data yang disupport Gemboel Cell milik Fiki.

“Gempass Pasongsongan ingin memberi warna kemajuan agar para anak muda mengikuti jejak kami. Berkarya nyata dan peduli terhadap lingkungan sekitar itu lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi,” pintas Amirul Fatoni bergairah.


Lelaki yang menjadi tenaga guru honorer di SDN Pasongsongan IV ini menambahkan, bahwa Karang Taruna yang dipimpinnya akan senantiasa bergerak sesuai dengan amanat yang diberikan Kepala Desa Pasongsongan kepadanya. (Yant Kaiy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p