Kemarau Cinta
Pentigraf: Yant Kaiy
Sering mengaulinya di remang senja sebelum kutinggalkan
bersama impian hidup tentram di masa akan datang. Mimpi tentang anak kita bisa
mengimla segala musim, segenap rasa, seteguk kasih sayang. Kau menatap senja diantara
tingginya lamunan panjang melelahkan. Kendati kepastian belum tersaput mendung,
tapi buihnya sudah terlihat dari kejauhan. Aku pasti bakal mendapatkan mimpi
kita.
Berjibaku dengan waktu di rimba perantauan sangat melelahkan.
Bayang senyum kemenanganmu tergambar jelas di segala sudut ruang hatiku. Aku
pungut keping-keping rindu untuk bekal perjalanan. Begitu menyakitkan cemooh
tetangga kita, bahwa kita tidak akan
bisa lagi menadahkan tangan kepada-Nya. Kucatat kata-katamu, “Mas, setelah kamu
mendapat uang dan cukup untuk membeli rumah, segeralah pulang! Ingatlah itu.
Aku akan merindukanmu bersama anak kita.”
Akhir kisahku tentang impian kita aus tergerus goda wanita
malam. Dia telah menggantikanmu. Dia terlihat lebih semerbak darimu. Kau kalah
telak. Tapi aku tak ingin kau jatuh terjerembab, meski rinduku sudah mulai
berkurang terhadapmu.
Pasongsongan, 2/3/2020
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.