Pentigraf: Yant Kaiy
Dendamku senantiasa menggelegak terhadapnya. Dia telah
memobilisasi kaum muda di desaku untuk menyudutkan segala gerak-langkahku.
Sehingga aku terkurung diantara pergaulan hidup sehari-hari. Tapi aku tetap saja menembus kabut itu. Tak
penting bagiku surut satu langkah pun, lantaran apa yang kuperbuat benar
menurut takaran norma yang ada.
Sesungguhnya aku tak punya banyak waktu untuk membencinya
walau dendam di batin ini senantiasa bergemuruh. Tiada guna membenci mereka.
Aku hanya yakin kalau orang yang tidak berbuat salah akan mendapat perlindungan
Tuhan. Kalau keyakinanku ini salah, berarti ayat-ayat Tuhan yang tertuang di
kitab suci setiap agama itu keliru juga.
Gejolak dendam itu memang akan senantiasa menghias hidup
siapa pun. Sebagai pengacara, aku tak mau dendam itu meraja di dada. Maka aku
jadikan dendam sebagai pemicu semangat dalam membela umat tertindas akibat
kemunafikan-kemunafikan orang yang hanya mementingkan isi perutnya sendiri.
Pasongsongan, 1/3/2020
Komentar
Posting Komentar