Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

Surat Terbuka untuk Said AbdullašŸ“Š Dari Kekayaan ke Pemberdayaan Masyarakat SumenepšŸ†

Gambar
Kepada Yth. Bapak Said Abdullah,Anggota DPR RI Fraksi PDIP Periode 2024–2029         Jakarta Salam sejahtera, Sebagai putra daerah ujung timur Pulau Garam Madura, Sumenep, yang telah lima kali dipercaya rakyat jadi wakil di parlemen, Bapak tentu mengerti betul dengan kondisi tanah kelahiran kita.  Kabupaten Sumenep, yang dijuluki "Kota Keris", masih tercatat sebagai wilayah dengan kemiskinan tertinggi ketiga di Jawa Timur berdasarkan data BPS.  Ironisnya, di tengah gencarnya pembagian angpao dan bantuan tunai yang Bapak lakukan di masjid-masjid atau pada acara tertentu, kemiskinan struktural seolah tak kunjung teratasi. Kekayaan vs Tanggung Jawab Sosial Berdasarkan LHKPN per 29 Maret 2024, total harta Bapak mencapai Rp101,9 miliar, dengan aset utama berupa 45 properti di Jakarta Selatan, Surabaya, dan Sumenep senilai Rp66,5 miliar, serta surat berharga Rp45,2 miliar.  Angka ini menunjukkan kapasitas finansial yang luar biasa. Namun, pertanyaan kri...

Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Nasib Penjaga Sekolah Honorer di Sumenep

Gambar
Rekrutmen guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) untuk Sekolah Dasar Negeri hampir tiap tahun ada. Tapi di balik gemuruh aktivitas pendidikan di Kota Keris Sumenep, terdapat sekelompok pekerja yang luput dari perhatian, yakni penjaga sekolah honorer.  Mereka menjalankan tugas kompleks - mulai dari menjaga keamanan, membersihkan lingkungan sekolah, hingga membantu administrasi - tapi hidup dengan upah kecil dan status kerja tidak pasti.  Ironisnya, dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada rekrutmen penjaga sekolah, baik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS).  Seberapa pentingkah peran mereka sehingga diabaikan begitu saja? Upah Kecil dan Kehidupan Terkatung-Katung Berdasarkan laporan dari seorang penjaga sekolah di salah satu SDN di Kecamatan Pasongsongan, penjaga sekolah honorer itu menerima upah Rp 250.000 per bulan. Jumlah ini jelas jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, apalagi bagi mereka y...

"Sultan Madura" dan Kepedulian yang Semu: Ketika THR Lebaran Tak Cukup untuk Mengentaskan Kemiskinan

Gambar
Dimana -mana takbir berkumandang lewat sudut-sudut masjid dan mushola.  Suasana meriah menghias di setiap desa dan kampung. Suara petasan menambah hingar-bingar Hari Raya Idul Fitri 1446 H.  Di media sosial, kita sering melihat fenomena para hartawan Madura - yang kerap dijuluki "Sultan Madura" - dengan bangga membagikan angpao, sembako, atau bingkisan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada masyarakat kurang mampu.  Aksi mereka viral, dipuji, dan dianggap sebagai bukti kedermawanan.  Tapi, setelah Lebaran 2025 usai, apa yang terjadi? Si miskin tetap sengsara, sementara para miliarder kembali hidup dalam kemewahan. THR dan Bantuan Sesaat: Hanya Pencitraan? Tak bisa dipungkiri, bantuan langsung seperti uang atau sembako memang meringankan beban sesaat. Hanya Instan.  Tapi, apakah ini solusi jangka panjang? Atau justru hanya bentuk "kepedulian semu" yang lebih berfungsi sebagai pencitraan di media sosial? Faktanya, kemiskinan tidak bisa diatasi sekadar dengan bagi-bagi u...

Makna Mendalam di Balik Bingkisan Lebaran 2025: Dari Momen Memaafkan hingga Menguatkan Ukhuwah

Gambar
Lebaran Idul Fitri selalu menjadi momen yang dinanti - saat kebahagiaan, maaf, dan kebersamaan bersatu dalam sukacita.  Tapi, di tengah kesibukan menguras waktu dan jarak memisahkan, tak jarang hubungan persahabatan atau persaudaraan menjadi renggang.  Bahkan, terkadang perselisihan kecil mengkristal jadi jarak yang terasa sulit dijembatani.  Di sinilah bingkisan Lebaran 2025 bisa jadi "senjata" melawan lupa, pengingat kasih sayang yang sempat tertunda, dan pemutus kebekuan hubungan mendalam. Bingkisan Lebaran: Pengusir Rindu di Tengah Kesibukan Hidup serba cepat acapkali membuat kita lupa menyapa teman lama, saudara, atau kerabat yang dulu dekat.  Kesibukan kerja, urusan keluarga, atau jarak geografis perlahan mengikis kehangatan hubungan. Kue Lebaran buatan tangan atau oleh-oleh khas daerah bisa jadi pengingat kenangan manis masa silam: "Aku masih ingat dikau." Surat atau kartu ucapan tulisan tangan yang berisi ungkapan rindu dan permohonan maaf lebih personal da...

Surat Terbuka untuk Haji Her (H Khairul Umam): Ajakan untuk Membangun Kesejahteraan Bersama

Gambar
H. Khairul Umam (Haji Her) Kepada Yth. H. Khairul Umam (Haji Her), Pengusaha Tembakau, Ketua P4TM, dan "Sultan Madura" yang Dermawan, Salam sejahtera untuk Bapak. Perkenankan saya menyampaikan surat ini sebagai bentuk apresiasi sekaligus harapan dari masyarakat yang mengagumi perjalanan hidup dan kesuksesan Bapak. Bapak dikenal sebagai sosok pengusaha tembakau yang sukses, pemimpin Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau Madura (P4TM), dan figur yang dijuluki "Sultan Madura" karena kemewahan rumah, koleksi mobil mewah, serta kedermawanan Bapak yang sering membantu masyarakat.  Tidak bisa dipungkiri, Bapak adalah inspirasi bagi banyak orang, terutama warga Madura, yang melihat kesuksesan Bapak sebagai bukti bahwa kerja keras bisa mengubah nasib. Namun, di balik kekayaan yang Bapak miliki, ada harapan besar dari masyarakat.  Banyak yang berandai-andai: "Bagaimana jika Haji Her mendirikan perusahaan besar yang bisa menampung ribuan tenaga kerja?" atau ...

Merangkul Keragaman Peserta Didik Kelas VI di SD Negeri Pasongsongan I, dalam Pembelajaran Matematika : Petualangan Menyenangkan atau Tantangan Menakutkan?

Gambar
Oleh: Husniyah Warti  Guru SDN Pasongsongan I Kecamatan Pasongsongan sekaligus Mahasiswi jurusan PGSD STKIP PGRI Sumenep. SETIAP anak adalah unik. Dengan bakat, minat dan gaya belajar yang berbeda. Dalam konteks kelas, keragaman peserta  didik merupakan sebuah anugerah yang perlu dikelola dengan bijak.  Keragaman peserta didik dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang mencakup perbedaan latar belakang serta minat belajar dan karakteristik pribadi masing-masing. Terutama dalam pembelajaran matematika, dimana setiap anak memiliki gaya belajar, kecepatan, dan minat yang berbeda-beda. Adanya keragaman tentu menghadirkan tantangan tersendiri bagi guru, khususnya saya selaku guru kelas di kelas VI SDN Pasongsongan I. Setiap peserta didik di SDN Pasongsongan I khususnya kelas VI memiliki cara pandang yang unik terhadap konsep matematika. Ada yang lebih visual, ada yang lebih auditori, dan ada pula yang kinestetik. Menurut saya pribadi jika guru hanya menggun...

Pasar Malam Pasongsongan 2024 Terbaru Sepi Pembeli

Gambar
Pasar malam Pasongsongan Kabupaten Sumenep. [Foto: Surya] Bersama teman, saya menuju pasar malam Pasongsongan yang ditempatkan di Lapangan Sawunggaling.  Biasanya pasar malam jadi hiburan rakyat paling dinanti di Kabupaten Sumenep, Madura. Tapi kali ini mengalami penurunan jumlah pengunjung cukup signifikan.  Pasar malam Pasongsongan kali ini berlangsung awal Desember 2024, terlihat sepi dibanding tahun sebelumnya.  Salah satu faktor utama penurunan minat masyarakat adalah kondisi ekonomi.  Masyarakat Desa Pasongsongan umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.  Sedangkan hasil tangkap ikan mereka sangat sedikit, hanya cukup buat makan.  Masyarakat lebih memilih menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari daripada mengunjungi pasar malam. Ditambah, stand yang tersedia masih menawarkan produk dan wahana permainan yang sama seperti tahun sebelumnya.  Hal ini membuat masyarakat kehilangan antusiasme untuk datang. Apalagi generasi muda saat ini leb...

Pondok Pesantren Annuqayah: Menjaga Harmoni di Tengah Perbedaan Politik

Gambar
Pondok Pesantren Annuqayah, berlokasi di Guluk-Guluk, Sumenep, dikenal sebagai salah satu pesantren paling berpengaruh di Sumenep.  Di tengah dinamika politik yang kerap memanas, pesantren ini menunjukkan kedewasaan luar biasa dalam menyikapi perbedaan, termasuk pilihan politik. Pada Pilkada Sumenep 2024, situasi unik terjadi di kalangan pengasuh Pesantren Annuqayah.  Salah satu pengasuhnya, KH Ali Fikri (01.FINAL) mencalonkan diri sebagai Bupati Sumenep.  Tapi menariknya, tidak semua pengasuh mendukungnya.  Walau begitu, perbedaan ini tidak menciptakan perpecahan di internal pesantren.  Melainkan jadi ilmu berharga, tentang bagaimana menyikapi perbedaan dengan bijak. Sikap yang diambil para pengasuh pesantren ini merupakan cerminan dari prinsip dasar Islam, yaitu persaudaraan.  Mereka menunjukkan bahwa perbedaan pandangan, termasuk dalam politik, tidak seharusnya jadi alasan untuk saling menjauh apalagi bermusuhan.  Sebaliknya, mereka menekankan penti...