Mengurai Jejak Sejarah Kiai Ali Akbar dan Raja Bindara Saod: Antara Fakta, Keyakinan, dan Kemasyhuran

Kiai ali akbar Syamsul Arifin Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan
Daum pintu Kiai Ali Akbar. [Foto: Surya]

Sejarah adalah kisah panjang yang ditulis bukan hanya lewat pena dan tinta, tapi juga oleh ingatan, keyakinan, dan kebesaran peran tokoh-tokohnya. 

Di antara banyak tokoh penting dalam sejarah Islam di Madura, nama Kiai Ali Akbar Syamsul Arifin dan Raja Bindara Saod adalah dua figur yang tak dapat dipisahkan dari narasi spiritual dan kebangsawanan di ujung timur Pulau Garam.

Kiai Ali Akbar, sosok ulama besar yang wafat pada 14 Jumadil Akhirah 1000 Hijriah, atau Sabtu, 28 Maret 1592 Masehi. 

Asta atau makam beliau berada di Dusun Pakotan, Desa Pasongsongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep; sebuah lokasi yang pada masanya dikenal sebagai wilayah strategis dengan pelabuhan besar. 

Pelabuhan Pasongsongan bukan hanya menjadi tempat hilir-mudik perdagangan, tapi juga menjadi jalur persinggahan spiritual dan politik para raja Sumenep.

Sementara itu, Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro, yang dikenal dengan nama Bindara Saod, adalah Raja Sumenep ke-30, yang berkuasa antara tahun 1750 hingga 1762 Masehi. 

Menariknya, Bindara Saod disebut sebagai keponakan dari Kiai Ali Akbar, karena ibunya, Nyai Nurima atau Nyai Narema, adalah sepupu sang kiai. 

Hubungan darah ini telah menjadi jembatan yang sering menimbulkan perdebatan di kalangan pemerhati sejarah.

Sebagian kalangan meyakini bahwa Kiai Ali Akbar adalah guru spiritual Raja Bindara Saod. 

Namun, bila kita berhitung secara kronologis, terdapat selisih waktu sekitar 158 tahun antara wafat Kiai Ali Akbar dengan masa pemerintahan Bindara Saod. 

Dari sudut pandang sejarah linear, hubungan guru-murid semacam itu tentu sulit dicerna secara rasional.

Tapi sejarah tidak selalu tunduk pada angka dan hitungan. 

Dalam tradisi keilmuan Islam, terutama yang berakar pada tasawuf dan karamah para wali, kedekatan spiritual tidak selalu terikat oleh waktu fisik. 

Barangkali, pengaruh Kiai Ali Akbar terus hidup dalam garis darah, pendidikan keluarga, atau bahkan ilham batiniah yang diwariskan secara turun-temurun.

Atau bisa juga, selama hidupnya, Kiai Ali Akbar memang kerap dikunjungi para raja Sumenep terdahulu. Tak mengherankan, sebab pelabuhan Pasongsongan adalah jalur penting di masa itu. 

Maka, bukan hal mustahil jika tradisi keberkahan dan petuah spiritual dari sang kiai menetes hingga ke generasi-generasi berikutnya, termasuk ke dalam jiwa seorang Bindara Saod.

Yang jelas, Raja Bindara Saod adalah figur yang masyhur di antara raja-raja Sumenep. 

Dikisahkan dalam banyak versi cerita rakyat, bahkan ia menjawab salam dari dalam kandungan saat ibunya sedang shalat; sebuah simbol karamah yang melegenda. 

Ia bukan berasal dari trah kebangsawanan murni, melainkan dari keturunan para alim-ulama, yang menegaskan bahwa darah kebijaksanaan sering kali lebih berharga daripada darah kebangsawanan.

Dari perbedaan pandangan sejarah ini, kita belajar satu hal penting: sejarah bukan sekadar deretan tanggal dan nama, melainkan ruang dialog antar-generasi. 

Kita bisa saja berbeda pandangan, namun semangat untuk merawat kisah-kisah agung para pendahulu tetap harus dijaga.

Karena justru dari perbedaan inilah, sejarah menjadi masyhur. 

Dan dari kisah dua tokoh besar ini, kita diajak merenung: Bahwa antara kekuasaan dan spiritualitas, antara darah dan ilmu, selalu ada jalan yang saling meneguhkan. [Surya]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penemuan Mayat di Rumah Kosong Gegerkan Warga Panaongan, Sumenep

Terbaru‼️ R4 Mendapat Jalur Khusus PPPK 2025🔥

Inkanas Ranting Banyu Urip Sinduadi Sering Raih Juara Umum di Kejurda

Penutupan MPLS di SDN Soddara 2 Ditandai dengan Pelepasan Balon dan Makan Bersama

Kiai Ali Akbar Syamsul Arifin: Jejak Wali Pesisir dan Raja yang Menjawab Salam dari Rahim

KKKS Pasongsongan Buka Donasi untuk Bapak Akbar, Guru Honorer PAI yang Derita Penyakit Jantung

Cegah Pengaruh Negatif Sejak Dini, SMA Islam Darunnajah Gelar Sosialisasi Anti Judi Online dan Napza

KKKS Pasongsongan Buka Donasi untuk Bapak Akbar, Guru PAI yang Alami Penyakit Jantung

SMA Islam Darunnajah Gelar Workshop Penyusunan Modul Ajar Berbasis Deep Learning dan AI

Regulasi PPPK Bikin Pusing, Honorer Sumenep Tambah Bingung