Perkumpulan Macopat Lesbumi Pasongsongan: Seni Tradisi Menjaga Warisan Budaya
Mohammad Tohari (kiri) ketika dalam pentas Macopat Lesbumi Pasongsongan di rumah Marsuhan. [Foto: Surya] |
apoymadura.com - Di Dusun Campaka, Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, di tengah suasana malam, tembang-tembang Macopat mengalun dari kediaman Marsuhan. Seorang anggota perkumpulan Macopat Lesbumi MWC NU Pasongsongan. Sabtu (2/11/2024).
Lelaki yang telah berusia lebih dari 70 tahun ini bergabung dengan perkumpulan Macopat semata-mata karena kecintaannya terhadap seni budaya tradisional, meskipun ia sendiri belum bisa melagukan tembang Macopat.
Marsuhan menjadi salah satu contoh bagaimana Lesbumi, sebagai wadah seni tradisi, mampu menarik minat orang dari berbagai kalangan.
Di bawah kepemimpinan Mohammad Tohari, Lesbumi membuka pintunya bagi siapa saja yang tertarik, tanpa syarat harus mahir melagukan tembang-tembang Macopat.
"Kami menginginkan seni Macopat dapat diakses dan dipelajari oleh siapa saja yang memiliki ketertarikan," ungkap Tohari.
Lebih jauh ia menjelaskan, kalau yang mau ikut perkumpulan Macopat harus bisa melagukan tembang-tembang Macopat, tentu kesenian tarik suara ini tinggal menunggu punah.
"Maka kami memilih jalan, bahwa Macopat Lesbumi Pasongsongan terbuka bagi siapa saja yang mau bergabung,” jelas Tohari.
Pendekatan inklusif ini terbukti efektif dalam menjaring anggota baru, menciptakan ruang bagi masyarakat yang ingin mengenal dan melestarikan budaya Macopat.
Kedepannya, Lesbumi MWC NU Pasongsongan akan terus berupaya memperkenalkan seni Macopat ke lebih banyak orang, mengajak mereka yang ingin bergabung untuk turut melestarikan seni tradisi ini. [Surya]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.