Kesenian Gantiran Macopat Sambung Tresno Pasongsongan
Haji Abdurrahman Sempong (kanan) bersama Yant Kaiy dalam perbincangan di kanal YouTube Apoy Madura. [Foto: Yant Kaiy]
"Kesenian Gantiran merupakan perpaduan dari dua kesenian, yaitu Macopat dan gamelan. Didalam Gantiran ada gending-gending Macopat Madura yang sesekali diiringi irama gamelan," terang Haji Abdurrahman Sempong dirumahnya, Dusun Sempong Timur Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura.
Lebih jauh ketua Perkumpulan Macopat Sambung Tresno ini menjelaskan, kesenian Gantiran tetap mengusung kesenian Macopat secara utuh. Maksudnya, tembang-tembang Macopat tetap dilagukan seperti biasanya. Setelah itu Macopat diartikan dengan memakai bahasa Madura.
Sebutan bagi orang yang mengartikan itu dinamakan pamaksod. Tugas pamaksod sebenarnya sangat berat, karena ia harus bisa mengartikan tembang berbahasa Jawa kedalam bahasa Madura. Disamping itu, pamaksod harus bisa menyanyikannya dengan irama tertentu.
Di sela-sela berkumandangnya tembang-tembang Macopat, sesekali irama gamelan mengalun lembut sesuai dengan tembang yang ditampilkan.
"Alhamdulillah, saat sekarang Perkumpulan Macopat Sambung Tresno Pasongsongan mulai menggagas kesenian Gantiran. Kita tahu, memang tidak semua penembang Macopat bisa meleburkan suaranya kedalam kesenian Gantiran. Ada kesulitan tertentu dalam mengawinkan tembang Macopat dengan irama gamelan. Dibutuhkan skill khusus. Skill itu dapat diperoleh dengan banyak berlatih," ucap Haji Abdurrahman.
Harmonisasi tembang Macopat dengan gamelan merupakan sebuah keniscayaan. Tidak ada nilai tawar bagi seorang penembang Macopat untuk tidak menjaga nuansa 'kawinnya' suaranya dengan irama gamelan.
"Kami tetap mengayomi para penembang Macopat yang masih belum bisa beradaptasi dengan irama gamelan," pintasnya.
Dalam sesi latihan bersama yang digelar tadi malam, Sabtu (10/12/2022), hadir beberapa pakar Macopat dari beberapa desa di wilayah Kabupaten Sumenep. Diantaranya dari Desa Pasongsongan, Desa Panaongan, Desa Padangdangan, Desa Soddara, dan Desa Lebeng Barat.
Sedangkan dari Kabupaten Pamekasan datang dari Desa Bindang dan Desa Dempo Timur Kecamatan Pasean.
Ditelisik dari usia para pakar Macopat yang hadir tersebut, usianya rata-rata 60 tahun lebih. Tidak ada yang dibawah 50 tahun.
Namun Haji Abdurrahman tetap optimis kalau kesenian Gantiran akan tetap lestari. Kendati kemungkinan besar peminatnya tidak terlalu banyak. Tidak seperti ketika tahun 70-an.
Rasa optimis itu bukan tidak beralasan. Sebab warga masyarakat di pelosok desa masih banyak yang menyukai irama gamelan. Otomatis Gantiran akan tetap ada selama gending-gending itu tetap berkumandang.
"Lewat Perkumpulan Macapat Sambung Tresno, kami akan terus membuat gerakan atau trik, bagaimana caranya kesenian Macapat Madura bisa tetap ada di bumi nusantara ini," tegas pria berkumis tersebut. [Kay]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.