Langsung ke konten utama

Penjaga Gawang dan Penjaga Sekolah

Catatan: Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Satu kesebelasan sepak bola membutuhkan penjaga gawang. Tujuannya agar tidak kemasukan bola. Biar tidak gol. Satu kesebelasan akan senantiada berupaya sekuat tenaga bertahan disaat ada gempuran pemain lawan. Segala cara terus dilakukan. Bahu-membahu satu sama lain. 

Sisi lainnya, tim tersebut berjuang mati-matian untuk memasukkan bola ke gawang lawan. Tugas penting ini wajib dilakukan agar timnya bisa jadi kampiun. 

Skill berkelas masing-masing pemain, pola main berkualitas sesuai tugas pokok dan fungsinya menjadi salah satu faktor penentu kemenangan kompetisi sepak bola. 

Saling serang dan saling bertahan lewat teknik terarah dan terukur untuk mencuri kemenangan. Otot dan otak semua personal pemain juga terus "on".

Gol menjadi penentu kemenangan tim. Gol tercipta karena bola lolos dari tangkapan penjaga gawang. Proses terjadinya gol kadang cepat, kadang pula lama.

Proses permainan bermuara pada gol. Gol dan gawang. Gawang dan penjaga. 

Ilustrasi sepak bola dan lembaga pendidikan; sama-sama memiliki penjaga. Pada sepak bola ada ada penjaga gawang. Pada lembaga pendidikan ada penjaga sekolah. 

Keduanya memang mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda. Namun keduanya memiliki peranan penting dan tidak bisa dianggap sebelah mata.

Kesebelasan sepak bola tanpa penjaga gawang akan selalu terjadi gol. Lembaga pendidikan tanpa penjaga sekolah, jelas kebersihan dan keasrian lingkungan pendidikan sangat buruk. 

Seingat saya, pada tahun 80-an, semua Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep mempunyai penjaga sekolah. Tanpa terkecuali. Satu sekolah, satu penjaga. 

Tapi kini, oleh beberapa pihak penjaga sekolah tidak dianggap penting, seiring tidak adanya rekrutmen di satuan pendidikan Sekolah Dasar. Padahal, penjaga sekolah sudah banyak yang pensiun. Kalaupun ada hanya tinggal beberapa orang saja.

Sedangkan penjaringan guru kelas (PPPK) dua tahun belakangan ini sudah beberapakali digelar. Mungkin akan lebih bijak lagi kalau ada pengangkatan juga bagi penjaga sekolah baru (PPPK) sebagai implementasi jaminan masa depan. 

Kegiatan belajar mengajar mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Lantai kelas kurang bersih, bangku tidak tersusun rapi, jendela kaca kotor, meja guru dan papan tulis kurang representatif, ruang kelas acak-acakan membuat penghuninya tidak merasa nyaman.

Halaman sekolah kotor dengan bekas bungkus makanan dan minuman. Daun pepohonan berserakan dipermainkan angin, rumput dan tanaman liar lainnya tumbuh subur. Semua tak terawat. Semrawut. Terlihat jelas kalau kurang perawatan. 

Sejatinya pemangku kebijakan bisa lebih arif menyikapi kurangnya personil penjaga di masing-masing sekolah.

Semoga penjaga sekolah kedepan mendapatkan atensi lebih dari pemangku kebijakan, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep. Sehingga banyak Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Pasongsongan mendapat sentuhan artistik cukup menawan. Muaranya bakal bermunculan setiap hari gairah belajar diantara peserta didik. []


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p