Riwayat Syekh Ali Akbar Pasongsongan (11)
Penulis: Yant Kaiy
Bahkan
seringkali Raja Bindara Saod banyak mendapatkan saran dan masukan dari beliau.
Baik tentang kehidupan keluarga Raja Sumenep itu sendiri, lebih-lebih tentang
roda kepemimpinan kerajaan yang sarat dengan rongrongan dan ancaman yang datang
silih-berganti dari segala penjuru. Akan tetapi semuanya bisa dilalui dengan
baik. Semuanya bisa cepat diatasi berkat kelihaian langkah politiik Syekh Ali
Akbar.
Sebagai
seorang alim ulama, Syekh Ali Akbar hari-harinya diisi berdakwah agama Islam
dari pintu ke pintu tanpa mengenal lelah. Tanpa kenal kompromi. Seolah tidak
ada waktu terbuang sia-sia begitu saja. Beliau senantiasa menebarkan kebajikan
kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Tidak pernah membedakan antara yang
miskin dan yang kaya. Bukankah manusia di mata Tuhan tiada perbedaan, semua
sama saja. Hanya keimananlah yang bakal menyelamatkan manusia kelak di akhirat.
Demikian pernyataan yang seringkali beliau tekankan kepada para pengikutnya.
Beliau tidak pernah gentar dalam menghadapi cemooh dari orang-orang yang tidak
suka pada sepak-terjangnya. Yang
terpenting harus terus maju bergerak. Bukankah sudah menjadi hukum alam, kalau
ada siang pasti ada malam.
Sebagai
waliyullah, Syekh Ali Akbar mempunyai banyak karomah. Doanya mustajab. Cepat
terijabah permohonannya. Hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah, tidak
pernah sedetik pun lalai mengingat Allah. Hanya Allah semata yang jadi sandaran
hidupnya. Hanya Allah tempat memohon pertolongan dari segala bentuk kesulitan
yang dihadapi manusia di alam fana ini. Insya Allah, apabila Dia menghendaki
segala sesuatu pasti akan terjadi meskipun banyak orang yang merintanginya.
Desah
nafas beliau adalah kalimat Allah yang
ke luar-masuk lewat lubang hidungnya. Bibir beliau tak pernah
berkata-kata kotor. Apalagi bergibah. Maka mahfum kalau beliau meludah pun tidak
sambarangan. Karena menurut KH. Muhammad Mukammal Mustofa, jikalau air ludah
Syekh Ali Akbar terinjak kaki orang maka akan mengakibatkan sakit terhadap
orang yang menginjaknya. Seiring dengan itu pula, maka apabila bepergian Syekh
Ali Akbar tidak pernah lupa membawa tempat khusus untuk buang air ludah
Menurut
KH.Muhammad Mukammal Mustofa, dari beberapa karomah yang dimiliki Syekh Ali
Akbar, salah satunya yakni ketika beliau menugaskan putrinya untuk menumpas
penjajah Belanda di Aceh. Berkat karomah
beliau yang diberikan kepada putri tersayangnya akhirnya pertempuran tersebut dimenangkannya.
Pasukan Kerajaan Sumenep sukses membawa pulang kemenangan dari bumi Aceh. Maka kemudian
teramat wajar dan pantas jikalau Raja Sumenep memberikan penghargaan
yang setinggi-tingginya terhadap Syekh Ali Akbar, karena beliau sudah banyak
berjasa terhadap Kerajaan Sumenep.
Berikut
beberapa keturunan Syekh Ali Akbar berdasarkan catatan yang ada pada Yoga
Pratama :
1.
Kiai Huda/Ju’ Sarip Seppo
2.
Kiai Kendal/Ju’ Hasan
3.
Kiai Aulia/Ju’ Amrun
4.
Kiai Lembung/Ju’ Baroya
5.
Kiai Jangguk/Kyai Kosir
6.
Nyai Agung Madiya
7.
Nyai Agung Singrum/Nyai Ahmad
Dari
ketujuh keturunan Syekh Ali Akbar yang paling dikenang oleh Raja Bindara Saod dan
masyarakat Sumenep adalah Nyai Agung Madiya. Sebab Nyai Agung Madiya pernah
dipercaya untuk menjadi penglima perang ketika mengusir penjajah Belanda dari
tanah Kerajaan Islam Aceh. Walaupun demikian, para keturunan Syekh Ali Akbar
masing-masing sama mempunyai kelebihan sesuai dengan kemampuannya.
Gelar
dari Raja Sumenep
Karena
jasa-jasa Syekh Ali Akbar terhadap Kerajaan Sumenep sangat besar dan luar
biasa, baik itu sumbangsih buah pemikiran dalam memakmurkan kerajaan atau
sumbangsih yang berupa bentuk pengamanan dan diplomasi dengan kerajaan Islam
yang lain yang ada di nusantara, atau tatkala beliau sendiri dan putrinya yang
maju ke medan laga; baik dalam mengusir penjajah Belanda ataupun ketika
memberantas kelompok-kelompok pengacau keamanan kerajaan. Pada akhirnya beliau
mendapat beberapa gelar kehormatan dari Raja Sumenep, seperti yang tertera di
daun pintu astah (tempat peristirahatan abadi). Di daun pintu Astah Syekh Ali
Akbar ada tulisan huruf Arab yang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
berbunyi :
“Ini
wafatnya Al-Arif, Al-Alim, Al-Kabir, Al-Mujtahid, At-Tawadhu’, di Desa
Pasongsongan pada malam Rabu tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 1000 Hijriyah.”
Berikut
ini pengertian beberapa gelar y ang disandang Syekh Ali Akbar yang
dijelaskan pengertiannya oleh para keturunan beliau:
1.Al-Arif adalah orang yang tidak membanggakan amal
ibadahnya. Orang ini selalu memperhatikan dirinya dan mengkhawatirkan amalnya;
dapat menempatkan dirinya dalam setiap kondisi dengan jiwa yang waspada dan
tenang.
Orang
ini juga akan membuang jauh-jauh perasaan ‘ujub dan sum’ah pada dirinya.
Apalagi sampai ingin terkenal atau didengar orang lain. Ia akan senantiasa
berusaha berbuat yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan
masyarakat luas. Dengan senantiasa menyadari bahwa hanya Allah SWT sebagai
tempat bergantung dirinya dari segala macam persoalan hidup di alam fana ini.
2.
Al-Alim adalah orang yang memiliki rasa
takut kepada Allah SWT. Rasa takut yang menjadikan seseorang berhati-hati dalam
setiap tindakan dan perbuatannya. Rasa takut yang membuat orang merasa
senantiasa diawasi Allah ke mana saja kaki melangkah. Rasa takut yang membuat
orang tersebut mawas diri jangan sampai terjerumus kedalam perbuatan keji dan
mungkar yang dilarang Allah.
Ia
juga termasuk dalam golongan orang yang pandai,
banyak ilmunya, ahli serta pakar dalam bidang ilmu agama. Semua bentuk
tindak-tanduknya senantiasa dilandasi hukum-hukum Islam.
3.
Al-Kabir adalah orang yang memiliki
kesempurnaan tidak sebatas pada dirinya, akan tetapi mengalir kepada
orang lain. Baik itu ilmunya, kebajikannya, hartanya dan lainnya. Selain
bermanfaat bagi dirinya, ia juga dapat memberi manfaat bagi orang lain.
Tidaklah ia bercengkerama dengan orang lain kecuali kesempurnaan pada dirinya
mengalir kepada orang lain tersebut. Kesempurnaan seorang hamba adalah pada
ilmunya, wara’nya (kehati-hatian) ia dalam menjalani hidup. Ia lebih baik terhindar dari hal-hal yang mubah
dari pada nanti terjerumus pada yang haram.
Kabir
bagi seorang hamba adalah orang yang
berilmu lagi bertakwa dan dapat menunjukkan sekaligus mengarahkan kepada jalan
yang lurus bagi orang lain.
Oleh
karena itulah, walau orang memiliki harta dan ilmu banyak tetapi tidak dapat
memberi manfaat bagi orang lain maka ia tidak termasuk dalam golongan orang
kabir. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.