Riwayat Syekh Ali Akbar Pasongsongan (10)
Penulis: Yant Kaiy
Menurut
beberapa kalangan dari keturunan Syekh Ali Akbar di Pasongsongan, penolakan
tawaran jabatan tersebut baginya merupakan sebuah belenggu dalam menyebarkan
risalah Islam. Prinsipnya sangat kuat, tak goyah dipermainkan ombak jabatan
yang selalu menggodanya. Maklum Raja Bindara Saod begitu menggebu-gebu dalam
menawarkan jabatan, hal itu disebabkan Sang Raja tidak bisa lepas dengan Syekh
Ali Akbar. Sang Raja sangat percaya kalau Syekh Ali Akbar adalah seorang
politikus handal, pakar juga beliau dalam hal strategi perang. Bukankah
Kerajaan Sumenep sudah seringkali dapat arahan dari Syekh Ali Akbar tentang
siasat perang. Dan semuanya berhasil dengan kemenangan.
Berdasarkan
kajian sejarah, penyebaran agama Islam di Pasongsongan dan sekitarnya adalah
berkat perjuangan gigih syiar dari Syekh Ali Akbar. Waliyullah yang satu ini
adalah orang alim dan bijaksana, berbudi luhur dan amanah dalam segala hal,
tingkah lakunya senantiasa rendah hati, tidak pernah sama sekali memandang
lemah orang lain.
Ia
menghargai orang lain sama rata, tidak pilih kasih, karena mereka semua
sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Segalanya. Beliau juga orang yang hidupnya
tidak silau dengan gemerlap dunia. Tidak silau dengan harta dan kekayaan. Pola
hidupnya sangat sederhana. Senantiasa mengikuti tuntunan Islam seperti yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan menurut Kyai Imam Arifin, beliau
tidak pernah putus wudhu. Artinya satiap Syekh Ali Akbar batal wudhu maka
beliau cepat-cepat wudhu kembali. Karena wudhu merupakan salah satu syarat
sahnya shalat.
Setiap
hari beliau berpuasa, bahkan sepanjang hidupnya. Bahkan ada cerita tentang
seputar puasa Syekh Ali Akbar dengan cucu-menantunya yang bernama Kyai Pao.
Beliau bertanya pada sang cucu-menantu tentang soal buang air besar. Sang
menantu menjawab kalau ia buang air besar setiap satu bulan sekali. Dengan
senyum sayang Syekh Ali Akbar mengatakan, kalau dirinya satu tahun sekali
apabila buang air besar. Sementara tinjanya sebesar biji kurma. Sungguh suatu
perbedaan yang sangat mencolok. Ini merupakan salah satu kisah yang didapatkan
Ustadz Abdul Karim Mastura dari almarhum orang tuanya dulu.
Memang
tanah tempat tinggal Syekh Ali akbar berbatu kapur kuning. Pada jaman tersebut
tumbuhan yang berbuah dan yang bisa dimakan kebanyakan pohon mengkudu. Sekarang
tanah tempat Syekh Ali Akbar bernama Dusun Pakotan dan masih termasuk wilayah
Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan. Jadi makan sahur dan berbuka puasa
beliau adalah buah mengkudu. Itu pun tidak banyak, satu buah mengkudu untuk
berbuka puasa dan sahurnya.
Syekh
Ali Akbar adalah orang yang ahli ibadah. Hatinya senantiasa husnudhan kepada
Sang Ilahi. Beliau juga memiliki karomah yang sungguh luar biasa. Doa-doa
beliau makbul. Maka tak berlebihan kalau Raja Bindara Saod seringkali meminta
nasihat dan doa kepada Syekh Ali Akbar agar kerajaan yang dipimpinnya aman dan
makmur. Apalagi kedekatan Raja Sumenep dengan beliau dilatarbelakangi oleh
adanya hubungan darah pada keduannya. Kendati Syekh Ali Akbar sebagai paman Raja
Bindara Saod, akan tetapi Syekh Ali Akbar tetap hormat dan tunduk-patuh
terhadap keputusan rajanya. Ia memakai etika sebagai pengejawantahan seorang
rakyat kepada pemimpinnya. Bagi beliau keputusan raja adalah undang-undang yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi; sepanjang sabda raja itu masuk akal dan adil-bijaksana.
Bukankah apa yang diucapkan raja sebelumnya telah melewati kajian pemikiran
oleh menteri-menterinya dengan mengedepankan curahan nuansa perasaan.
Syekh
Ali Akbar diketahui adalah pemegang teguh falsafah luhur orang Sumenep.
Falsafah itu berbunyi: Bepa’ (bapak), bepu’ (ibu), guru
(guru), ratoh (raja) . Maksudnya, untuk menjadi manusia seutuhnya di
dunia harus menganut falsafah ini. Manusia harus berbakti pada bapak, ibu, guru, barulah
pemimpinnya. Pada keempat manusia ini rasa hormat wajib ada pada diri seseorang.
Karena ini adalah akhlak mulia dan terpuji, maka manusia akan bisa berharga
kalau akhlaknya tidak tercela. Falsafah yang sudah ditanamkan sejak usia dini pada
Syekh Ali Akbar oleh Syekh Khalid. Syekh Khalid sendiri adalah orang tua
kandung Syekh Ali Akbar dengan julukan nama Kyai Talang Takong.
Sebagai
orang alim dan takwa kepada Allah SWT, Syech Ali Akbar tidak pernah sama sekali
terbersit dalam benaknya untuk pamrih. Apalagi sampai ingin mendapatkan
sanjungan berlebihan. Syech Ali Akbar merupakan orang lurus, istiqomah dan
amanah. Kendati Raja Bindara Saod keponakan beliau, tetapi Syech Ali Akbar
tidak mau memanfaatkan suasana hanya untuk mementingkan diri sendiri. Syech Ali
Akbar merasa bahagia kalau pengikutnya tersenyum bahagia. Ya, hidup beliau hanya untuk umat semata. Buah
amal baiknya hanya untuk memperoleh ridha dari
Sang Maha Pencipta alam semesta dan isinya.
Nama
Syekh Ali Akbar memang tidak masyhur. Akan tetapi beliau sangat dicintai oleh
masyarakat Pasongsongan dan sekitarnya.
Kendatipun tidak ada satu literatur yang mencatatkan namanya. Tidak ada tinta
sejarah yang mengabadikan buah perjuangannya. Namun hal itu tidak akan
menjadikan padam kemuliannya di mata keturunan Syekh Ali Akbar. Mereka, para
keturunan beliau, sadar betul jikalau
jasa-jasa Syekh Ali Akbar pada
Kerajaan Sumenep sungguh luar biasa besar. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.