Pasongsongan di Mata Tokoh Madura
Catatan: Yant Kaiy
Desa Pasongsongan
berada di posisi barat-utara dari Kota Keris Sumenep. Berjarak empat puluh satu
kilometer dari Kabupaten Sumenep dan merupakan wilayah tapal batas dengan
Kabupaten Pamekasan. Pasongsongan mempunyai pernik kisah menarik untuk diketahui
lantaran ada potongan sejarah tercecer. Potongan sejarah mengagumkan.
Banyak versi kisah tentang
kenapa dinamakan Pasongsongan. Menurut Kiai Haji Ismail Tembang Pamungkas (da’i
berasal dari Paberasan-Sumenep), nama Pasongsongan berasal dari kata
“songsong”. Seringkali para Raja Sumenep bila mau pergi ke luar pulau menaiki
perahu di Pelabuhan Pasongsongan.
Biasanya Raja-raja di
jaman itu mendapat sambutan hangat dari Syekh Ali Akbar. Begitu pula ketika
para Raja Sumenep pulang dari bepergian. Cara Syekh Ali Akbar menyongsong atau
menyambut para Raja Sumenep inilah nama Pasongsongan muncul.
Atau ada yang
berpendapat kalau nama Pasongsongan berasal dari kata Madura “osong” (usung). Di Desa Pasongsongan
ada Sungai Angsana. Ketika ada Raja Sumenep mau mengunjungi Syekh Ali Akbar,
Sang Raja harus menyeberangi sungai dan diusung.
Apapun pendapat para
tokoh itu tentu berdasar dari cerita dari leluhur mereka. Tapi yang pasti, ada
dua objek yang menjadi munculnya pendapat tersebut. Yang pertama Syekh Ali
Akbar dan Pelabuhan Pasongsongan.
Syekh Ali Akbar
Syamsul Arifin nama lengkapnya. Dia adalah tokoh sentral dari munculnya nama
Pasongsongan. Dia sosok dibalik berkembangnya agama Islam di pesisir utara
Pulau Madura. Islam terus berkembang di wilayah ini lantaran dakwah ikhlasnya.
Hatinya tulus dan sabar serta murah senyum terhadap siapa pun.
Syekh Ali Akbar wafat
14 Jumadil Akhir 1000 Hijriah (Sabtu, 28 Maret 1592 Masehi). Dikuburkan di
Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Beliau
merupakan paman dari Raja Sumenep ke-29, Raja Bindara Saod.
Seiring dengan itu
pula, Pelabuhan Pasongsongan namanya mulai dikenal lantaran Raja-raja Sumenep
jika mau bepergian kemanapun senantiasa naik tengkong (perahu kecil yang kanan-kirinya ada bambu sebagai
penyeimbang) di pelabuhan ini.
King dan Saudagar Arab
Kemudian datanglah
pedagang dari segala penjuru negeri ke Palabuhan Pasongsongan. Tercatat
saudagar dari jazirah Arab melakukan aktivitas perniagaan di daerah
Pasongsongan. Islam terus bersinar dan berkembang pesat. Orang-orang berdarah
Arab ini membentuk komunitas di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan.
Jejak mereka saat ini
masih dapat kita ketahui dengan ditemukannya areal pekuburan di Desa Panaongan didalam
timbunan bukit pasir. Orang-orang sekitar menamakan kumpulan makam itu Astah
Buju’ Panaongan. Di nisan-nisan waliyullah itu tertera nama dan tahun meninggal
dunia. Saban harinya banyak peziarah luar kota datang ke tempat ini.
Sedangkan King yang
berasal dari Tiongkok Tibet juga mendarat di Palabuhan Pasongsongan dan
melakukan perniagaan di situ. Sebelumnya King bersama keluarga besarnya
melakukan perniagaan di daerah Sumatra.
Menurut Kiai Akhmad
Ersyad (keturunan King yang ada di Jalan Kiai Abubakar Sidik Desa
Pasongsongan). Saudara King sebagian ada di Palembang dan menetap di sana. Bahkan
ada keturunan saudara King dari Palembang yang ke Pasongsongan menjumpai Kiai
Akhmad Ersyad.
Kuburan King ada di
areal pamakaman Sunan Ampel Surabaya. Ceritanya, King naik haji ke Tanah Suci
Makkah. Pulang dari menunaikan ibadah haji, King jatuh sakit dan meninggal
dunia di Surabaya.
Tambahan sedikit, King
diperkirakan ada di Desa Pasongsongan pada abad XVII. Keturunan King sekarang
menempati rumah-rumah besar di sepanjang Jalan Kiai Abubakar Sidik
Pasongsongan. Dari arsitektur bangunan bisa kita pahami, kalau King dan
keluarganya sangat berjaya dan menguasai perniagaan di eranya.
Kades Pasongsongan
Menelisik potongan sejarah
keemasan Pasongsongan jaman dahulu, hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Ahmad Saleh Harianto,
S.Pt sebagai Kepala Desa Pasongsongan mempunyai atensi luar biasa untuk
mengangkat nama besar Pasongsongan. Ini dibuktikan olehnya dengan menghadirkan
tiga pemateri dari 2 akademisi perguruan tinggi di Madura, dalam rangka
sosialisasi pengembangan sumber daya alam untuk desa wisata demi meningkatkan
perekonomian masyarakat pesisir. Selasa (16/3/2021).
![]() |
Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto. (Foto: Yant Kaiy) |
Sosialisasi ini
bertujuan menggugah hati segenap warga Desa Pasongsongan supaya mencintai tanah
kelahirannya. Langkah selanjutnya, Kades Pasongsongan membentuk wadah Pokdarwis
(Kelompok Sadar Wisata).
Ahmad Saleh Harianto
yakin, kalau kedepan rasa cinta dan bangga terhadap desanya akan terbangun
dengan sendirinya kalau pengurus Pokdarwis terbentuk.
Yant Kaiy, penjaga gawang
apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.