Sungai Darah Naluri (30)



Novel: Yant Kaiy

Beribu-ribu nyawa terluka hatinya akan kebiadaban mereka berlabel penguasa. Kaum minoritas tak miliki senjata harus tersungkur di pintu pagar keadilan. Ia tertahan tanpa protes sebab mulutnya terkunci dibawah ancaman kematian; sekali gerak mungkin semua lenyap tanpa bekas di atas bumi pertiwi.

Aku benci kepalsuan.

Aku benci bentuk penindasan, pemerkosaan...

Aku benci ragam pengkhianatan

Aku benci, benci, benci...!

Ragaku bagai tak berarti lagi di mata mereka, seujung kuku pun, kecuali kesombongannya yang meledak-ledak tanpa dilapisi penghargaan sama sekali bagi pejuang pembela bangsanya. Semuanya bagai dalam penjara yang tak bisa bergerak dan berteriak, sebab demokrasi mati total di antara kebencian berkobar, menyala di sudut negeri ini, dan perdamaian hanyalah sebuah simbol tak patut dihormati lagi sepanjang hati nurani masih terlepas dari bidikan nuansa perasaan sesama umat. Apalagi kebebasan rawan, sulit untuk didapatkan secara gratis, karena kaum lemah harus membeli dengan materi yang dikumpulkan bertahun-tahun. Lalu apa yang manusia cari selama nyawa dikandung badan. Mungkin aku tak mampu untuk menjawabnya, lantaran aku masih membutuhkan waktu berpikir lebih luas dan lebih lebar lagi, tidak berbatas.

Yang pasti keadilan akhirat sebagai wujud agama akhir dari segenap kebijaksaan hakiki. Sebab keadilan dunia fatamorgana bagi wong cilik. Hanya sebagai pelipur lara; hanya sebagai dongeng menina bobokan. Lebih halusnya mereka mengatasnamakan keindahan, kebersihan sebagai wujud kesuksesan di puncak tiraninya.

Jangankan rumah tak layak huni dan kumuh untuk dipopulerkan di berbagai mass media, tempat ibadah yang sakral sebagai sujud hamba-Nya, taman pekuburan dimana tulang manusia di simpan dan diagungkan dengan mantera sebagai ungkapan benang kasih untuk dikenangkan, semuanya rata dengan tanah, digilas serta dibakar sampai benar-benar jadi abu kenistaan, jadi lembaran hitam lagi kelam bagi sosok yang turut memilikinya. (Bersambung)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BPRS Bhakti Sumekar Pasongsongan Salurkan Sedekah di SDN Panaongan 3

Abu Supyan: Kepala SD yang Memiliki TK Satu Atap Diminta Segera Urus Izin Operasional

MS Arifin Menerima Kunjungan Ahli Pengobatan Alternatif di Yogyakarta

Anak Yatim di SDN Panaongan 3 Terima Santunan dari BPRS Bhakti Sumekar Pasongsongan Kabupaten Sumenep

Saran Agus Sugianto dalam Rapat KKG SD Gugus 02 Pasongsongan

Ramuan Banyu Urip Bawa Serda Arifin Go International

Agus Sugianto Sependapat dengan Pengawas Bina SD, Dorong Pengurusan Izin Operasional TK Satu Atap

Cara Penggunaan Ramuan Banyu Urip Sesuai Anjuran MS Arifin

KKG SD Gugus 02 Pasongsongan Gelar Rapat Penyegaran dan Konsolidasi

Abah Asep, Perjalanan Panjang Sang Pejuang Herbal Therapy Banyu Urip