Santet (IV)
Santet (IV)
Puisi: Yant Kaiy
sementara emosi diri
masih dapat kupendam
dan masih dapat
kupertaruhkan kapan saja
namun perasaan takut
akan santet terus bergemuruh
menghantui kedamaian
di kalbu
bahkan menusuk-nusuk
perasaanku paling dalam
aku tak berkutik
aku ambruk sebelum
berdiri tegak
bersama bayang-bayang
kengerian tidak berpantai
debur ombak adalah
debur hatiku sesungguhnya
yang mengembara di
antara mega-mega lamunan
tergambar jelas di
benak tentang kematian terkena santet
menyambar, membakar,
dan berkobar kobar
tak padam hanya karena
keceriaan semata
tak musnah hanya
karena kenikmatan sesaat terteguk
ya, tak raib hanya
karena senyum mengembang
perasaan tentang
santet
masih bersemayam di
lubuk hatiku
mempengaruhi segala
gerakku
menyetir seluruh
hasratku
hidupku juga menjadi
kurang bergairah
dan sisa-sisa
semangatku menjadi punah
layu sebelum masanya
tiba
aku menggigil
ketakutan seorang diri
mengapa aku harus
takut, Tuhan
melebihi takutku pada
malaikat Malik
apakah semua ini
adalah kehendak-Mu
apakah semua ini
adalah kodrat-Mu
apakah semua ini
adalah kebencian-Mu
yang sengaja Engkau
lempar untuk merajam tubuhku
kalau memang benar
mengapa aku harus
percaya terhadap santet
mengapa, Tuhan?
bukankah Engkau Yang
Maha Kuasa
bukankah Engkau Yang
Maha Pengasih dan Penyayang
bukankah Engkau Yang
Maha Bijaksana
bukankah Engkau Yang
Maha Pemurah.
Pasongsongan, awal 1996
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.