Pentigraf: Yant Kaiy
Dia datang di saat aku
tak lagi bermandi bahagia bersama istri dan anak-anakku. Bukan persoalan
kebutuhan primer dalam biduk rumah tangga kami yang kata banyak orang sudah
mencapai puncak sejahtera. Kami senantiasa bersyukur pada-Nya atas rejeki melimpah
dibanding saudara-saudara kami lainnya.
Lalu sikap cemburu
istri telah menghancurkan cinta sejatiku, senantiasa tersaji diantara kesibukan
saban harinya. Cinta itu seolah teramputasi. Aku sendiri tak bisa berontak,
biarlah aku hancur agar semuanya berjalan sesuai musim.
Kehadiran Dia menyulam
kembali benang asmara. Aku menyadari kalau perselingkuhan kami adalah telaga
dosa, tapi aku tetap minum kejernihan airnya.[]
Pasongsongan, 28/12/2020
Komentar
Posting Komentar