Mendeteksi Gejolak Seksual pada Anak (Bagian III dari 4 Tulisan)
Artikel Keluarga: Yant Kaiy
Anak yang mengalami masa ini menurut dr. Carl Gustaf Jung disebuf kompleks elektra, idem analisis Sigmund Freud. ”Biasanya anak-anak berkecenderungan untuk mengarah keanekaragaman kelainan seksual. Artinya, secara normal mereka seperti orang dewasa, namun dari segi fisik, masih anak-anak.”
Hal ini terbukti dengan kebiasaan anak yang mulai mencoba-coba merokok secara sembunyi-sembunyi. Tak lain tujuannya, agar orang lain mengakui kehadirannya untuk sekadar mendapat perhatian ekstra. Pada pertumbuhan anak yang berlangsung normal, kecenderungan seksual pada waktu kecil tetap baik. Sebenarnya, kegiatan tersebut untuk mendorong aktivitas seksual genital, yakni seks yang mengarah pada persetubuhan.
Mereka memiliki kecenderungan banyak kawan misalnya, dan memilih di antara mereka yang serasi dengan aspirasinya. Kendatipun hanya jalan-jalan atau ngobrol ke sana ke mari. Pada masa demikian, anak mulai mempunyai rasa malu dan telah dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Sedangkan naluri erotisme yang telah berkembang bertahun-tahun pada asal kehidupan anak, karena masih terhalang ’tembok-tembok’ moral, mereka lebih affair terhadap sikap-sikap pasif, karena takut terjadi suatu kesalahan yang dapat berakibat buruk pada perkembangannya.
Masa latensi akil baliq berakhir pada anak yang telah memasuki masa pubertas. Dan pada masa inilah, naluri seksualitas bangkit kembali dan pada ini pula laki-laki maupun wanita akan selalu mengarahkan pada lawan jenisnya.[]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.