Langsung ke konten utama

Memupuk Anak agar Mandiri (Bagian IV (Habis))

Kegiatan melipat baju sendiri dimulai sejak duduk di bangku SD.
(Foto: Yant Kaiy)

Artikel Keluarga: Yant Kaiy
Dalam mengembangkan daya kreasi anak seringkali kita melihat bahwa orang tualah yang menghambat proses daya kreasi dan daya cipta anak. Karena kita tahu, dalam memupuk anak agar mandiri bukan harus kita memberikannya pada orang lain namun memberikan pandangan-pandangan yang berhaluan baik. Dengan hal itu akan membuat anak dapat benkembang dengan wajar. Memang kadang-kadang kita memerlukan ketenangan-ketenangan di rumah.

Apabila anak-anak yang bermain-main dan membikin ribut serta ramai, maka rasanya kepala akan meledak. Juga jika ada pekerjaan kantor yang dibawa pulang atau sedang ada persoalan yang sulit di kantor. Demi kepentingan si anak, maka seharusnya kita sebagai orang tua, mau tak mau harus berusaha untuk mengatasinya dalam batas kewajaran, karena apabila anak tadi setiap kali selalu dilarang, maka daya kreasinya akan mati.

Bahkan kita harus membimbingnya agar daya kreasi tersebut berkembang serta membawa manfaat yang baik.

Perasaan ingin mengetahui sesuatu adalah merupakan pokok pangkal dari perkembangan daya kreasi anak, karena dengan perasaan ingin tahu selalu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam jiwa si anak. Selain dari itu, maka imajinasi merupakan unsur yang ‘ paling vital dalam pengembangkan daya kreasi.

Dan akhirnya berikanlah suatu kebebasan tertentu pada anak, agar ia merasakan bahwa ia mampu berdiri sendirl, hal tersebut yang memperkokoh kepercayaannya pada diri sendiri dalam mengembangkan daya kreasinya.[]


Publish: Koran Berita Yudha (29/9/2020).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p