Langsung ke konten utama

Pilkada Sumenep 2020: Finansial dan Kapabilitas


Catatan: Yant Kaiy
Masyarakat di bumi pertiwi umumnya dan Sumenep khususnya, sudah terbiasa dicekoki hal-hal berlabel cuma-cuma. Mereka seperti ketagihan candu ‘gratis’ dalam banyak hal. Misalnya ketika berbelanja barang; beli satu gratis satu. Masyarakat kemudian berlomba-lomba membelinya. Bahkan ada yang berspekulasi memborongnya untuk dijual kembali kendati ia harus berhutang, berharap mendapat keuntungan berlipat ganda.

Dan kemungkinan besar tradisi ini akan berlaku pada kompetisi pemilihan kepala daerah. Sudah barang tentu pula bakal menjadi kajian tim sukses pada putaran Pilkada Sumenep 2020 nanti. Mereka akan mengalkulasi besaran potensi dari elemen tersebut. Kalau sistem ini sebagai kans kemenangan, maka kekuatan finansial bakal merajai pesta demokrasi nantinya.

Namun kisahnya akan berbeda apabila masyarakat yang tidak tergila-gila terhadap jurus “suap”. Mereka itu adalah orang-orang yang punya perspektif tentang kapabilitas calon pemimpin. Atau mereka mengidolakan pemimpin mempunyai unsur kompetensi cemerlang dalam rekam jejaknya.

Namun kini persoalannya masyarakat lagi butuh uluran tangan dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ibarat orang tenggelam di tengah laut, ia akan berupaya sekuat tenaga agar selamat dari maut. Ketika ada ban bekas dilempar kearahnya, otomatis ia akan memilih ban ketimbang emas.

Sebagai warga Sumenep yang baik, sejatinya kita sebagai pemilih cerdas akan mengedepankan akhlak; memilih sesuai hati nurani. Bukan dorongan nafsu; memilih pemberi iming-iming atau pemberi angpao.[]


Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p