Langsung ke konten utama

Salahkah Masyarakat Tidak Percaya Covid-19


Opini: Yant Kaiy

Ada salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep direncanakan akan diregrouping oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep karena tidak ada muridnya. Semua wali murid menyekolahkan anak-anaknya pada Lembaga Pendidikan Islam (LPI) yang ada di sekitarnya. Alasannya, karena di SD itu dulu gurunya jarang masuk sehingga murid banyak terlantar.

Para orang tua percaya kalau anaknya sekolah di LPI akan memperoleh pendidikan terbaik. Akhirnya SDN tersebut muridnya tidak lebih dari 6 orang dari kelas I sampai VI. Ketidak percayaan orang tua murid jelas akibat “dosa” guru-guru sebelumnya.



Begitu pula dengan kepercayaan masyarakat  terhadap Covid-19. Sebagian besar masyarakat memiliki tendensi kuat agak tidak percaya terhadap virus corona. Alasannya simpel dan realistis. Kalau memang virus terkutuk ini ada, kenapa pabrik rokok raksasa di Kabupaten Sumenep masih mempekerjakan karyawannya di tengah pandemi Covid-19. Ini jelas tidak adil. Home industri dilarang melakukan aktivitasnya, begitu pula destinasi wisata wajib ditutup.

Bibit-bibit ketidak percayaan masyarakat pada Covid-19 ini dilatar belakangi oleh “dosa” pemerintah sebelumnya. Banyaknya pejabat publik yang melakukan tindak korupsi, iming-iming bantuan dalam meredam gejolak rakyat tidak percaya pemerintah, pembangunan tidak merata, sulitnya mendapat lowongan pekerjaan, pegawai negeri di daerah yang seringkali melakukan pungli (pungutan liar), dan berjuta ketimpangan sosial lainnya.

Mari kita membuka mata hati dan berpikir lebih bijak lagi. Ingat, Anda yang mendapat gaji dan berbaju dinas serta bersepatu mengkilat diperoleh dari tetes keringat rakyat, sudahkah Anda memahami akan kesejahteraan rakyat yang kalau tidak bekerja mereka tidak makan.

Contoh kongkrit. Di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep yang masyarakatnya sebagian besar hidup jadi nelayan. Lalu Anda yang menjadi pegawai negeri, jelas enak tidak masuk kantor tetap dapat bayaran. Tapi seorang nelayan. Walau mereka melaut bertaruh nyawa belum tentu membawa pulang hasil ikan.

Semoga kita lebih peduli terhadap nasib rakyat kecil (wong cilik), bukan hanya sekadar prihatin.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p