Langsung ke konten utama

Menggali Sejarah Pasongsongan





Judul buku       :Melihat Lebih Dekat Tiga Objek Bersejarah di Pasongsongan
Penulis             :Yant Kaiy
Penerbit           :Duta Media Publishing Pamekasan
Edisi pertama  :Desember 2019
Editor              :Esa Arif
ISBN               :978-623-7161-56-1
Desain cover   :Duta Creative
Tebal halaman:158 halaman

Keberadaan Desa Pasongsongan, termasuk dalam wilayah Kabupaten Sumenep Madura, ternyata memiliki tiga objek bersejarah yang erat kaitannya dengan Kerajaan Sumenep.

Yang pertama objek bersejarah itu adalah Astah Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Sumenep. Syekh Ali Akbar adalah penyebar agama Islam di daerah Pasongsongan dan sekitarnya. Beliau termasuk paman Raja Sumenep Bindara Saod.

Adalah putri Syekh Ali Akbar yang bernama Nyai Agung Madiya yang maju ke medan perang melawan tentara kolonial Belanda di Aceh. Atas permintaan Kerajaan Aceh kepada Raja Sumenep untuk membantu mengusir penjajah Belanda, lalu Raja Bindara Saod mohon bantuan kepada Syekh Ali Akbar. Beliau menugaskan putrinya.

Nyai Agung Madiya berhasil menumpas penjajah Belanda. Atas keberhasilan inilah Raja Bindara Saod menghadiahi tanah sangat luas di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Sampai sekarang surat tanah ini ada pada salah seorang keturunan Syekh Ali Akbar.

Yang kedua objek bersejarah itu yakni Astah Bujuk Panaongan di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Sumenep. Situs sejarah tentang keberadaan Islam ini diketemukan dalam timbunan pasir setinggi kurang lebih 15 meter.  Kuburan para arifbillah ini diketemukan lewat mimpi (wangsit).
Seiring ditemukannya Astah Bujuk Panaongan ini, maka lahirlah beragam opini dari beberapa tokoh di Panaongan.

Yang ketiga adalah Goa Soekarno yang sekarang keberadaannya dijadikan destinasi wisata oleh seorang investor setempat. Gua alami ini disinyalir sebagai tempat menjalankan riyadah beberapa tokoh penting. Beberapa kisah juga mengemuka seiring membanjirnya pengunjung ke Goa Soekarno.

Dari ketiga objek bersejarah ini sangat penting untuk kita menyimaknya. Karena ada beberapa silang pendapat dari sebagian pengamat/pemerhati sejarah Pasongsongan. Namun penulis buku ini berjibaku mewawancarai orang-orang yang pernah mendengar cerita dari leluhurnya, dan mengumpulkannya untuk didokumentasikan sebagian “warisan” kepada generasi selanjutnya. (Yant Kaiy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p