Antologi Puisi “Keping Pengembaraan Khayal” (5)
Karya: Yant Kaiy
Tak Bemakna
seringkali
menganggapku sampah
pada sikapnya
ia tak parnah mau berpikir arif
menyindir seenak
perutnya
kecongkakannya keterlaluan terhadapku
seolah tiada manusia
lebih mulia
kecuali dirinya
sendiri
aku juga tak luput dari sombong
tapi masih dapat terkendali
masih bisa membendung emosi
tidak seperti dia
tak pernah ucapkan terima
kasih
atas bantuan
orang lain
bukankah wajar jika
kita mengalah
asal jangan sampai
menginjak kepala
acapkali aku sedikit bersikap beda
tak seperti hari-hari sebelumnya
dia lalu macam-macam punya anggapan
aku menjadi serba salah
dia sangat bisa menilai
orang lain
tapi sama sekali tidak untuk
dirinya
setan menakah yang menyusup ke jiwanya?
Pasongsongan, 18/03/95
Tangis Tercecer pada Tanah Tandus
hai, bukit-bukit kapur
tempat pengembaraan halusinasiku
tempat dimana galauku
membuncah-ruah
hai, sungai-sungai
kering
adakah rindumu hanya untuk hujan
ataukah hanya untukku?
hai, sang rembulan di balik pohon-pohon meranggas
kau terangi sekujur
alamku
agar damai
benak sengsaraku senantiasa
tidak tercompang-camping
dengan tangis lagi
hai, angin malam berhalimun
hembuskanleh sunyi mengurung luka
biar aku mampu
menerjemahkan
kelebat pancaroba di tanah tandus
yang kadang
menyesatkan nyanyian tangisku
hai, semesta alam
singkirkan kelam
agar tak berbuah
dendam.
Pasongsongan, 19/03/95
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.