Langsung ke konten utama

Mengenal Hairul Anwar (Bagian I)

Hairul Anwar tertangkap kamera berada di Pelabuhan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. (Foto: Yant Kaiy)


Catatan: Yant Kaiy

Hairul Anwar memang bukan artis. Tapi namanya di Sumenep, kabupaten ujung timur Pulau Garam Madura sudah sangat akrab di telinga masyarakat. Sukses sebagai pengusaha muda mengantarkan dia sejajar namanya dengan para pejabat penting di Madura.

Dia adalah pengelola destinasi wisata Goa Soekarno yang berada di Dusun Benteng Selatan Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, pengelola wisata pantai e-Kasoghi yang terletak di Dusun Nong-Gunong Desa Tanjung Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.

Hairul Anwar belakangan diketahui juga menjadi pengelola tempat wisata paralayang Bukit Lanjari. Wahana wisata baru dan satu-satunya di Madura. Berlokasi di Dusun Gaber Desa Soddara Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep

Pengantar Penulis

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya buku mini yang saya beri judul “Rekam Jejak Hairul Anwar: Owner Goa Soekarno Pasongsongan Sumenep”.

Buku yang mengisahkan tentang suka-duka masa kecil, latar belakang dan sisi lain yang tak terungkap tentang Hairul Anwar. Selama ini media massa hanya memotret sepak terjang kehidupan dia saat berada di puncak kesuksesannya.

Semoga buku ini bisa bisa memberi teladan baik bagi siapa saja yang membacanya. Itu tujuan utama saya dalam menulis kisah perjalanan hidup Hairul Anwar. Tokoh muda yang sukses menjadi pengusaha di Kabupaten Sumenep.

Semua orang tahu siapa dia, tentang kedermawanannya, perhatiannya pada kesejahteraan kaum tidak punya, kepemimpinannya di berbagai organisasi penting, pengusaha sukses pemilik tempat wisata Goa Soekarno di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep.

Kritik, saran, pendapat dan perhatian pembaca budiman tetap sangat saya tunggu kehadirannya. Semua bertujuan supaya buku ini lebih baik pada cetakan berikutnya.

Demikian, terima kasih.

Penulis

Yant Kaiy

 

Ucapan Terima Kasih

Saya mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada orang-orang yang telah membantu banyak dalam penulisan buku ini. Mereka itu adalah:

1. Ustadz Abdul Karim Mastura (keturunan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin, tempat tinggal  Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan-Sumenep).

3. Mbak As (kakak perempuan Hairul Anwar, tempat tinggal Dusun Benteng Desa Panaongan Pasongsongan-Sumenep).

4. Siti Amina (Bagian dari keluarga Hairul Anwar, tempat tinggal Dusun Paoan Desa Soddara Pasongsongan-Sumenep).

 

Masa Kecil Hairul Anwar

Hairul Anwar dilahirkan pada, 18 Agustus 1980, di Dusun Benteng Utara Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Ia menjalani masa kecilnya seperti anak-anak lazimnya. Ia dari keluarga yang biasa-biasa saja. Anak bungsu dari tiga bersaudara berdarah Madura, Arab dan Cina ini memiliki kecerdasan lumayan, terbukti ia selalu masuk tiga besar sebagai murid terbaik di sekolahnya.

Ketekunan belajar menjadi modal utama Hairul Anwar menjadi murid teladan di SDN Panaongan I. Ia sangat gigih dan disiplin dalam banyak hal. Sehabis shalat subuh ia langsung mempersiapkan diri berangkat sekolah. Sore harinya bersekolah lagi di MI An-Najah. Malam harinya mengaji Al-Qur’an dan Kitab Sullamut Taufiq-Safinatun Naja di musholla.

Pulang mengaji Hairul Anwar makan malam dulu. Setelah itu ia mengerjakan tugas-tugas sekolah untuk esok hari. Begitulah kegiatannya setiap hari tanpa mengenal lelah. Sebab tidak ada ruginya orang yang terlalu pintar.

Hanya dengan modal belajar dan terus belajar, akhirnya ilmu agama Islam dan hukum-hukumnya banyak Hairul Anwar kuasai. Kesenangannya membaca dan mempelajari ilmu-ilmu Islam menjadikan keimanannya sangat kokoh. Tertanam dan mengakar kuat di hatinya. Tidak mudah diombang-ambingkan situasi dan kondisi apa pun.

Di masa liburan, biasanya Hairul Anwar lebih banyak di rumah membaca buku penunjang pelajaran, warisan kedua kakaknya. Hanya sebentar kalau ia bermain karena harus menyegerakan shalat berjamaah di masjid yang tidak jauh dari rumahnya.

Hairul Anwar menyadari kalau dirinya tidak akan bisa menaklukkan dunia kalau tidak pintar. Hanya dengan otak pintar orang bisa menginjakkan kakinya di bulan. Dorongan semangat dari kedua kakaknya membuat Hairul Anwar kian tekun dalam belajar.

Apalah artinya harta berlimpah kalau otaknya bodoh, begitu kata-kata orang tuanya yang senantiasa terngiang di telinga Hairul Anwar. Orang tua Hairul Anwar juga menganjurkan untuk mendalami ilmu-ilmu Islam yang berkaitan dengan akhlak. Otak pintar harus seiring sejalan dengan akhlak yang baik. Kalau sudah demikian, maka akan banyak memberi maslahah bagi orang lain.

 

Orang Tua Hairul Anwar

Ayah Hairul Anwar bernama Ahmad Salim Muhni, keturunan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin (trah Arab). Syekh Ali Akbar tokoh penyebar agama Islam di pesisir pantura Pulau Madura pada abad XV dan beliau adalah paman Raja Sumenep ke-29, yakni Raja Bindara Saod. Ibunda Raja Bindara Saod, Nyai Nairima saudara sepupu Syekh Ali Akbar.

Sedangkan ibu Hairul Anwar bernama Hajjah Subaidah, berdarah peranakan Cina keturunan King. King berasal dari Tiongkok Tibet beragama Islam, masuk ke Pasongsongan pada abad XVIII.

Bibit, bebet, bobot Hairul Anwar memang tak diragukan lagi. Ia keturunan orang hebat. Kendati demikian, Hairul Anwar tak pernah membanggakan diri dalam hal itu. Menurutnya, manusia bergantung pada kepribadiannya sendiri. Walau keturunan raja sekalipun tapi tidak mau belajar ketika duduk di bangku sekolah, maka ia tidak akan menjadi penerus kekuasaan orang tuanya.

Begitu pula dengan anak seorang kiai, kalau ia tak mau belajar tentu pondok pesantrennya akan tinggal puing-puing saja karena santrinya akan pindah ke pondok pesantren lain. Sama juga dengan anak seorang pengusaha, kalau tidak dipersiapkan anaknya menguasai ilmu perniagaan, maka tinggal menunggu saat saja, kerajaan bisnisnya akan hancur seiring waktu.

 

Silsilah Hairul Anwar dari Ayah

Tulisan ini mengulas tentang suka-duka, latar belakang dan sisi lain yang tak terungkap tentang Hairul Anwar dimasa kecil. Selama ini media massa hanya memotret sepak terjang kehidupan dia saat berada di puncak kesuksesannya.

Tidak bijak rasanya dalam mengupas sosok Hairul Anwar tanpa mau menoleh ke belakang. Dengan mengetahui masa kecil akan memberi teladan berarti kepada generasi penerus. Dalam rekam jejaknya tentu terkandung berjuta hikmah dari perjalanan masa kanak-kanak Hairul Anwar yang bisa dipetik untuk dijadikan bahan renungan.

Kadang banyak orang menganggap remeh, bahwa biografi diri sendiri itu tidak begitu penting “diabadikan” dalam sebuah album keluarga. Padahal itu semua sangat bermakna bagi banyak orang, lebih-lebih buat anak-cucu. Paling tidak ada goresan yang tersisa setelah tubuh membujur terkubur berkalang tanah.

Semua orang tahu siapa Hairul Anwar. Tentang kedermawanannya yang sangat kental dengan kepribadiannya. Perhatiannya terhadap kesejahteraan kaum tidak punya yang tanpa pandang bulu. Ikhlas memberi sebagian hartanya sesuai tuntunan syariat Islam. Juga tentang keberhasilannya memimpin beraneka organisasi penting di Kabupaten Sumenep.

Hairul Anwar dikenal sebagai pengusaha sukses, pemilik destinasi wisata Goa Soekarno di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Dia pemilik imperium PT Madura Energy Infrastruktur, bergerak dalam bidang pekerjaan instalasi jaringan listrik tegangan menengah 20 Kv, gardu distribusi, tegangan rendah 380 volt dan pembangkit energi baru terbarukan (2014-sekarang). (Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p