Keris Sumenep‼️ Simbol Perlawanan, Keberanian, dan Kearifan Budaya MadurašŸ”„

Kota keris Sumenep

Kabupaten Sumenep, tidak hanya dikenal budayanya, tapi juga sebagai "Kota Keris" - sebuah julukan yang pantas disandang mengingat daerah ini memiliki pengrajin keris (empu) terbanyak di dunia. 

Bahkan, UNESCO mengakui Sumenep sebagai pusat produksi keris dengan jumlah empu terbanyak dengan kualitas keris yang luar biasa. 

Salah satu buktinya adalah Desa Aeng Tong-Tong, dijuluki sebagai kampung pengrajin keris dengan empu terbanyak di dunia. 

Namun, lebih dari sekadar senjata atau benda pusaka, keris (dalam bahasa Madura disebut kerres) memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Sumenep.

Sebagai Simbol Perlindungan dan Ketahanan

Menurut Agus Sugianto, Kepala SDN Panaongan 3 Pasongsongan, kerres dalam bahasa Madura memiliki tiga makna utama:

1. Ngeker ma’ ta' lares: Keris yang mampu menolak segala ancaman bahaya.

2. Ngeker ma’ ta’ keres: Keris yang membuat pemiliknya menjadi lebih berani.

3. Ngeker ma’ lares: Keris yang mendatangkan kebaikan.

Kata ngeker sendiri berarti "menahan" atau "mengekang hawa nafsu," menunjukkan bahwa keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata fisik, tapi juga sebagai simbol pengendalian diri. 

Dalam budaya Madura, keris dianggap sebagai pelindung sekaligus penjaga moral pemiliknya.

Keris dalam Kehidupan Sosial

Bagi masyarakat Sumenep, keris bukan sekadar benda mati, melainkan benda yang dianggap memiliki keistimewaan tersendiri. 

Proses pembuatan keris pun sarat dengan ritual spiritual, mulai dari pemilihan hari baik, mencakup pengendalian diri, menahan hawa nafsu, dan berupaya mendekatkan diri sang empu kepada Tuhan. 

Hal ini menunjukkan bahwa keris tidak hanya dinilai dari keindahan dhohirnya, tapi juga dari nilai spiritual yang melekat padanya.

Selain itu, keris juga menjadi simbol status sosial. 

Pada masa lalu, keris tertentu hanya boleh dimiliki oleh kalangan bangsawan atau pemimpin masyarakat. 

Tapi kini keris telah jadi warisan budaya yang bisa dimiliki siapa saja, selama dirawat dengan baik dan dihormati sesuai tradisi.

Pelestari Keris Dunia

Dengan banyaknya empu keris yang masih aktif hingga saat ini, Sumenep telah jadi benteng terakhir pelestarian tradisi pembuatan keris secara tradisional. 

UNESCO mencatat bahwa teknik pembuatan keris di Sumenep masih mengikuti metode kuno, mulai dari teknik pamor (pola logam) hingga proses pendharingan (penempaan) yang membutuhkan ketelitian tinggi.

Akan tetapi, di tengah gempuran modernisasi, generasi muda Madura mulai jarang tertarik untuk mempelajari seni pembuatan keris. 

Jika tidak ada upaya serius untuk melestarikannya, bukan tidak mungkin suatu saat tradisi ini akan punah. 

Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat untuk mendorong regenerasi empu keris, misalnya dengan pengintegrasian pengetahuan keris ke dalam kurikulum lokal.

Semoga keris Sumenep tetap abadi, bukan hanya di museum, tapi juga dalam jiwa generasi penerus bangsa. [Surya]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

SMPN 1 Pasongsongan Perkenalkan Program Pendidikan kepada Siswa SDN Panaongan 3 dalam Sosialisasi Penerimaan Siswa Baru

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Herbal Gondowangi Bondowoso Beri Bantuan Sepatu Olahraga ke Siswa SDN Panaongan 3 Sumenep yang Berlokasi di Desa TerpencilšŸ’„

Penyembelihan Hewan Qurban di Pendopo Therapy Banyu Urip Berlangsung LancaršŸ”„

Miris‼️ Warga Pasongsongan Merasa Khawatir, Jembatan Sungai Angsono Masih Gelap GulitašŸ˜Ž

Sumenep Digegerkan Dugaan Korupsi BSPS: Kepala Desa Dungkek Beri Klarifikasi Sepihak😁

Herbal Gondowangi Bondowoso Berikan Bantuan Sepatu Olahraga untuk Siswa SDN Panaongan 3 SumenepšŸ”„

Juknis Tunjangan Sertifikasi Guru Honorer 2025, Masih Perlu EvaluasišŸ˜‡