Langsung ke konten utama

Dualisme Kepemimpinan, IPNU Sumenep Terlantarkan

gambar+penulis+artikel


Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) bukan organisasi remeh-temeh yang keberadaannya gampang kita usik. Dengan basis pelajar yang meliputi siswa dan santri serta mahasiswa mampu menjadi organ of power diantara organisasi lain. Ledakan kekuatan yang sangat dahsyat itu tidak akan mungkin bergetar tanpa adanya lokomotif yang bertugas mengawal jalannya ledakan agar tidak merembet kemana mana, yang dalam hal ini posisi Ketua sangat diharapkan mengambil peran tersebut. 

Namun apa jadinya jika Ketua yang telah dimandati kepercayaan dari ribuan kader di Permusyawaratan tertinggi tingkat Cabang IPNU (KONFERCAB) posisinya sudah mulai tidak jelas, maka betapa kecewanya kader yang telah dikhianati padahal mereka masih ingin melanjutkan prosesnya di organisasi dibawah komando seorang pemimpin yang jelas, tegas dan punya cita-cita besar. Visi-Misi yang dibuat olehnya hari ini cuma menjadi omong kosong yang keluar dari mulutnya yang bau uang haram, pasalnya hal tersebut tidak ada kejelasan atau tindak lanjut yang berupa Rapat Kerja (Raker) di internal PC IPNU Sumenep sendiri sehingga dapat dipastikan organisasi yang ia tunggangi akan oleh bahkan hampir terperosok ke jurang kegagalan, yang itu tinggal selangkah lagi.

Keadaan kritis ini semakin diperparah dengan adanya dualisme kepemimpinan di tubuh PC IPNU Sumenep, pasalnya beberapa bulan yang lalu Ketua PC IPNU Sumenep terpilih menjadi Ketua salah satu organisasi di desanya. Probelematika ini jika ditinjau dari Perspektif PDPRT IPNU Bab XI tentang Rangkap Jabatan, pasal 22 Ayat (1) memang tidak menyalahi aturan hukum, karena tidak sama-sama menjabat sebagai pengurus harian di lingkungan NU. Namun yang menjadi persoalan hari ini, organisasi yang lebih dulu ia pimpin yakni PC IPNU Sumenep seakan sudah dianak tirikan dan ia lebih fokus ke desanya yang dibuktikan dengan beberapa dokumentasi kegiatan yang kami terima. Miris memang jika sudah ego sektoral dan profit yang dikedepankan, padahal kita tahu bahwa kepengurusan PC IPNU Sumenep baru berjalan setengah periode. 

Ada banyak dinamika dan problematika yang terjadi di tubuh PC IPNU Sumenep yang sampai hari ini belum teratasi sedikitpun oleh Ketua PC IPNU Sumenep, mulai dari carut marutnya tata kelola organisasi hingga kaderisasi menjadi hal fundamental yang kesalahannya tidak bisa dimaafkan karena hal tersebut berkaitan langsung dengan mati atau hidupnya kader IPNU se Kab. Sumenep. Hal ini tidak bisa kita biarkan, jika tidak ada satu saja kader yang bersuara lantang maka dipastikan IPNU Sumenep akan semakin kacau. Salam Hormat dari saya kader ingusan yang berani bersuara untuk kebaikan IPNU di Kab. Sumenep, tulisan ini murni suara hati saya yang teresahkan oleh tindakan Ketua PC IPNU Sumenep yang tingkah dan kebijakannya dari awal menjabat sudah mengundang kontroversial bahkan di kalangan organisasi lain. []

Penulis: Rosy
Editor: Yant Kaiy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p