Langsung ke konten utama

Cerpen MERAJUT IMPIAN MASA SILAM

Karya: Yant Kaiy

Debur tak bisa lagi menyembunyikan perasaan cintanya terhadap Nana. Walaupun Debur tahu kalau Nana telah mempunyai suami. Dia tetap mengungkapkan segala isi hatinya tanpa ada yang tersisa. Ia pun tak tahu kalau akibat menuangkan unek-uneknya nanti bakal kecipratan malu.

“Itu hanya nafsu kelelakianmu, Bur. Kamu tahu kalau aku mempunyai anak dua. Menikahlah kamu dengan perempuan lain. Tak baik kamu membujang terus. Masih banyak diluar gadis cantik menunggumu,” tegas Nana bijak.

“Kamu benar dan aku tahu itu. Apa yang kukatakan, itulah sebenarnya isi hatiku. Aku tak bermaksud memaksamu, Na. Barangkali aku butuh waktu untuk bisa melupakanmu. Selama ini aku belum bisa menghapusnya. Belum bisa,” ujar Debur.

Sengaja Debur mengajak ngobrol Nana di sudut ruangan lebar. Volume bicara mereka agak dikeraskan lantaran ada suara musik.

“Sungguh, aku terharu mendengar kisahmu. Terima kasih banyak kau tetap menempatkan aku di posisi puncak hatimu. Aku mendoakanmu agar kamu dapat istri saleha. Berbakti padamu,” ujar Nana ketika akan meninggalkan acara reuni.

“Kuharap kau jangan membenciku, setelah apa yang kusampaikan barusan,” sela Debur dengan mata berkaca-kaca.

Nana berlalu dari hadapan Debur. Ia menuju parkir mobil, tempat dimana suaminya sedang menunggu. Dalam hatinya sedikit terharu atas pernyataan teman satu SMA-nya dulu tersebut. Ia baru tahu kalau Debur sekian lama mengimpikannya.

Setelah lulus SMA, Nana melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di Surabaya. Sedangkan Debur kuliah disalah sebuah universitas swasta di Kota Malang.

Awal mula kuliah keduanya pernah berkomunikasi lewat hp. Tapi sejak hp Nana hilang, Debur tidak bisa menghubunginya lagi. Debur sempat menelusuri keberadaan Nana di tempat kuliahnya. Namun kata temannya, Nana pindah kuliah di Yogyakarta.

Setahun dari acara reuni SMA, Debur dihubungi ibunya kalau ada tamu. Debur tidak bisa pulang karena masih banyak tugas yang harus diselesaikan di kantornya. Debur berpesan suruh menunggu.

“Kau…” Kalimat Debur tercekat demi melihat Nana duduk santai ditemani ibu Debur.

Nana tersenyum. Senyum inilah yang membuat perasaan Debur ingin memilikinya. Senyum yang mengacaukan pikiran Debur tidak menentu.

“Kau datang bersama suamimu?” tanya Debur setelah ibunya meninggalkan mereka berdua.

“Suamiku telah meninggal dunia. Aku datang untukmu,” ucap Nana tanpa sedikit keraguan.

Debur langsung memeluknya. Nana membalas pelukan Debur. Jantung mereka berdegub kencang.[]

Pasongsongan, 2/1/2023



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p