Langsung ke konten utama

Postingan

Antologi Puisi Fragmen Nasib (35)

Karya: Yant Kaiy Elegi P erjuangan ikhtiar s elamanya harus ada di muka bumi fana in i berlo mba menggunduli keserakahan m embacok hati deraslah impian me nelanjangi segalanya dendangkan kemarahan meletup sekuat ot ot m eletus kebencian melanda hidup tak sejahtera penderitaan mendera tanpa sisa lagi   s atu demi satu menghembuskan napasnya ke matian akibat kecongkakan kekuasaan suas ana mengena s kan dari kaum pinggiran sketsa hidup nyata di pelosok kampung   seolah percuma memohon doa l inangkan air mata jatuh berceceran disepanjang jalan tak beraspal, berdebu… keinsyafannya jauh terbang tanpa nakhoda di riak matanya hanya ada makan -minum dan seteru s nya harus kenyang   m ulutnya seperti harimau s ikapnya malu - malu kucing berteriak - teriak di persi m pangan jalan bahwa dirinyalah paling bijaksana diantara seluruh pemimpin alam semesta k emudian meletakkan poster - poster besar tentang kemurahan hatinya seakan-akan

Antologi Puisi Fragmen Nasib (34)

Karya: Yant Kaiy Setetes Kebencian di Gunung Keresahan h ati mulai tak peduli ikhtiarku bukan lagi bermakna perjuangan pengorbanan begitu panjang tertulis bergunun g prasangka diakhir cerita deras, membanjiri ladang k u kutakkuasa bertahan di muara adab menentang beragam keserakahan menyiksa raga tanpa iba   keresahan pekat warnanya kuterdep a k menyesali ulah angkara murka yang melekat di batok kepala batunya hanyalah penyesalan menggantung di dada punah kesabaran mengeram tererosi benci   semua emosi tercurah terbelenggu petir kekuasaan kubasuh peluh dengan sapu tangan berkolam - kolam ai r mata senantiasa berkobar api kebencian terjungkal tubuh tak berdosa di lembah lu m pur duka tak berpantai   adalah kenistaan menyiksa sesama walau T uhan pasti mendengar segala keresahan umat manusia hanya keimanan melumuri hati orang-orang mulia   aku percaya T uhan me lihat semua tindak - tanduk insan di bu mi biarl

Antologi Puisi Fragmen Nasib (33)

Karya: Yant Kaiy Naluri Seorang Senima n t ak jera meski beribu hinaan mengancam r a ga berpeluh perjuang a n mati - matian membela h mega berarak terna tal suatu harapan dan impian m enangki s fitnah dan cemooh men yimbol kan kehinaan mengalirkan sampah busuk di tiap sudut hati   kotor kata - kata nya melemparkan a ku ke jurang nista sebuah dunia begi tu a s ing di tanah kelahiran ti nggallah kesend iri an bertemankan kesunyian meng guli ta kutegarkan sejuta goncangan m enanti kepastian naluriku sahih menyusun beraneka tamparan yang hadir terpotret oleh bola mata segumpal rahasia bebatuan terjebak kebencian, kulukis lewat ber aneka himpitan melantunkan nyanyian diri tentang penyiksaan bergema naluri ke pelosok hutan menghijau g ugur jua dedaunan itu, terkulai tanpa makna sekerat pun hanyalah nasib menggantung yang k i an labil saja menggelinding kemiskinanku menguasai jilatan mata api hancur - leburlah kebulatan as a dari sekian an

Realita Covid-19

Catatan: Yant Kaiy Vaksin Covid-19 menjadi momok sebagian besar masyarakat di pedesaan. Selentingan kisah sedih tanpa data mencuat seiring realita di tingkat akar rumput. Tidak heran kalau akhirnya beberapa individu mencari penangkalnya supaya vaksin tidak bereaksi. Sebut saja air kelapa dan susu kaleng yang laris manis di pasaran.   Dari banyak cerita pilu itu terpublikasi via sosial media, sebagian terdapat fragmen janggal; bertolak belakang dengan data dan fakta. Rakyat pun hanya bisa bersuara di dunia maya. Aspirasi mereka bagai berada di ruang hampa.   Dari kalangan medis dan lembaga pemerintah selama ini tetap bergeming melihat realita tersebut. Mereka tetap melaksanakan tugas sesuai aturan yang berlaku. Tak ada nilai tawar lagi.   Bagi pemerintah, Protokol Kesehatan (Prokes) yang dilanjutkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) menjadi solusi efektif menanggulangi kian melonjaknya angka kematian akibat Covid-19.   Pro-kontra pun ternatal di teng

Antologi Puisi Fragmen Nasib (32)

Karya: Yant Kaiy M enyapu Pagi pag i berkabut adalah aku m enyapu halaman penuh keasrian sinarkan kepastian dari kebi m bangan rindang menyejukkan jiwa terluka   pagi berkabut adalah aku yang menetaskan gairah hidup m enuntun halusinasi berkaribkan suara - suara ala m kurenggangkan kebencian menyala tiada henti sebait kidung tentang elegi hati me rawat gamang langkah tuju sukses tersusun dalam pikiran seonggok masalah mengombang - ambing jiwa merana karena cinta sepenuhnya berserah diri setelah ikhtiar ku lawan segala bentuk keserakahan mereka mungkin tidurku yang bertemankan mi m pi itu?   terhalang jaring - jaring penghasut m enjerumus kan diri ke lembah nista mengundang aubade sengketa dan petaka dunia memang pagi tak berhenti mengalirkan keceriaan kadang memuai harapan untuk berubah k utenangkan jalan darah membasahi rump ut halaman terciptalah nuansa harapan jelang masa depan membasuh peluh-peluh bumiku nan merekah