Langsung ke konten utama

Postingan

Rawat Inap Therapy Banyu Urip International Yogyakarta

CEO Therapy Banyu Urip International, MS.Arifin sedang memberi pengarahan kepada para rekan kerjanya. Apoy Madura, Yogyakarta – CEO Therapy Banyu Urip International, M.S. Arifin kemarin menayangkan video pendek lewat sosial media, bahwa bagi pasien dari luar negeri dan luar kota tidak perlu khawatir lagi mencari penginapan. “Kami sudah menyiapkan tempat rawat inap cukup nyaman di Yogyakarta. Keuntungannya bermalam di tempat kami, biasanya pasien akan mendapat pelayanan plus. Kami senantiasa mengontrol perkembangan kesehatan pasien lebih maksimal,” terang M.S. Arifin kepada apoymadura.com. Rabu (3/6/2020). MS.Arifin bersama beberapa pimpinan cabang Therapy Banyu Urip International. Ia juga menjelaskan, bahwa lokasi rawat inap itu berada di pinggir kota yang udaranya masih bersih dengan lingkungan begitu hijau dan asri. Jadi sangat cocok bagi pasien selama dalam masa penyembuhan (recovery). “Tempat rawat inap itu sengaja didesain seperti rumah biasa. Beberapa

Perspektif Namimah

Opini: Yant Kaiy Namimah memiliki pengertian menyebarkan isi pembicaraan seseorang kepada orang lain dengan maksud menyulut emosi mereka terhadap seseorang tadi. Dengan tujuan ini ia selalu menambah bumbu penyedap isi pembicaraan orang, atau mengurangi dengan tidak membeberkan pembicaraan yang baik. Kemudian apa yang dilontarkannya menarik untuk didengar apalagi disampaikan dalam bahasa puitis, mimik serius dan retorika yang indah. Umumnya dalam pesta demokrasi, seperti pemilihan kepala daerah, para juru kampanye sering berperilaku namimah agar bisa mengambil hati para pemilih. Ini bukan rahasia lagi pada era kini. Padahal Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah. (Al-Qalam[68]: 10-11). Namimah tergolong akhlak tercela. Semoga kita bisa menghindarinya.[] Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Corona Tersenyum, Bulan pun Melambai

Opini: Akhmad Jasimul Ahyak Di sela subuh yang lembab fajar pun menyambar di sudut  bulan Mei yang masih tersemat sisa-sisa covid-19. Apakah berakhir; ataukah sudah tamat?,” tentang borok Corona yang membusuk di meja hidangan protokol kesehatan” Masyarakat kini rindu akan ketenangan, rindu akan kebahagiaan. Ternyata “Hidup sesingkat petir”, disambar subuh jadi siang, disambar siang jadi senja, disambar senja masyarakat akan sibuk memburu cahaya kehidupan demi sesuap nasi untuk keluarga yang ia tanggung. Sudah genap tiga puluh satu hari, bulan Mei kini melambai Corona pun ikut tersenyum dalam rasa ucapan selamat atas kemenangan yang telah memporak-porandakan mata angin segar kehidupan manusia, hingga membutakan mata waktu hingga tak terlihat antara noda kebaikan dan noda kejahatan. Yang terlintas hanya keheningan bertamu pada kesedihan. Di awal bulan Juni ini semoga mata angin berubah menjadi airmata berwarna pelangi yang akan menyinari kehidupan masyarakat ya

Epilog Virus Corona

Opini: Yant Kaiy Episode pandemi Virus Corona (Vina) di tanah air akan segera berlalu. Beraneka suka-duka mengiringi kekhawatiran (boleh dibilang ketakutan) di tengah-tengah publik dua bulan terakhir ini. Bayang-bayang kematian, juga penguburan mayat akibat Vina wajib tidak dihadiri banyak orang, yang terpapar Vina harus mentaati protokol kesehatan dan menjalani karantina di rumah sakit. Semua itu menghantui benak seluruh lapisan masyarakat. Dan apabila pemerintah memutuskan, kalau bangsa ini sudah bebas dari ancaman Vina, sungguh merupakan harapan baru penuh suka cita setelah nanti memasuki babak new normal. Bermacam program aktivitas telah teragendakan dengan apik. Terutama para pelaku usaha (bisnis) yang selama ini terdegradasi atas pemberlakuan kebijakan pemerintah di seluruh pelosok negeri supaya stay at home. Bekerja dan berbelanja dari rumah. Menghentikan segala kegiatan bisnis dalam memutus mata rantai penularan Vina. Pada bulan suci Ramadhan kemarin peme

Dusta Membuat Celaka

Opini: Yant Kaiy Sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga. Hanya tinggal menunngu waktu saja. Begitu pula, serapi-rapinya sikap dan tutur kata menutupi dusta, pun pada masanya akan terbongkar pula. Begitulah hukum alam yang berlaku pada makhluk bernyawa. Hukum alam yang tak punya nilai tawar lagi.   Kalau pelaku dusta itu anak kecil dibawah umur, barangkali hanya akan memperoleh sangsi dari beberapa orang keluarganya. Meski demikian, risikonya tetap luar biasa dan itu bergantung pada apa ia berdusta. Mungkin uang jajannya akan dikurangi oleh kedua orang tuanya. Atau bisa jadi dapat hukuman tertentu yang sifatnya mendidik. Akan tetapi bila seorang pemimpin berdusta pada berjuta-juta manusia, jelas skenario ceritanya berbeda dan dampaknya sangat dahsyat ke masyarakat luas. Bisa jadi pemimpin itu akan didepak dari kursi jabatannya. Dan sejarah akan mencatatnya sebagai pemimpin keji yang pantas mendapat karangan tahi di kuburannya kelak.