Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

Viral: Therapy Banyu Urip Sembuhkan Buta Warna

Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com Catatan: Yant Kaiy Selama tiga bulan (Juli, Agustus dan September 2022) saya berada di klinik Therapy Banyu Urip Pusat Yogyakarta. Kunjungan saya diundang MS Arifin (CEO Therapy Banyu Urip International)   untuk menulis apa saja tentang keberadaan pengobatan herbal ini. Dari sekian banyak pasien yang datang dan menjalani rawat inap di asrama Therapy Banyu Urip Pusat Yogyakarta, ternyata didominasi pasien buta warna. Mereka datang dari pelosok negeri ini, bahkan ada pasien dari luar negeri. Ini luar biasa. Saya pikir, Ramuan Banyu Urip tidak sebatas pengobatan saja, tapi bisa menyembuhkan buta warna. Memberangus pendapat medis dunia, bahwa buta warna tidak bisa disembuhkan. Mata dunia sekarang terbuka lebar, ramuan nusantara seperti Banyu Urip bisa menggemparkan dunia pengobatan international. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan para pasien buta warna dengan foto dan video. Alasan mereka karena persoalan privacy. Bahkan CEO Therapy Banyu Uri

Akankah Budaya Mocopat Harus Hilang Karena Perubahan Zaman?

Penulis: Salehodin HR Indonesia adalah negara yang pluralisme, di dalamnya sarat dengan keanekaragaman, baik agama, suku, Bahasa, tidak terkecuali dengan budaya (lokal, regional, maupun nasional). Di antara sekian banyak budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia adalah seni mocopat, dimana seni mocopat ini pada zaman dahulu digemari oleh banyak orang, khususnya di daerah Jawa–Madura.  Bahkan, di Madura pada zaman dahulu, menjadi sebuah istilah jika anak gadisnya dipinang oleh seseorang yang “MAJINANGKA” artinya anak lelaki yang pandai mengaji dan mamaca (mocopat) akan cepat diterima pinangannya tersebut.  Mengapa? Karena Mocopat itu sendiri penciptanya ternyata sebagian besar dari para waliyullah. Seperti Sunan Kalijaga menciptakan Tembang Artate, Sunan Giri menciptakan Tembang Kasmaran dan Pucung, Sunan Kudus menciptakan Tembang Maskumambang dan Mijil, Sunan Muria menciptakan Tembang Slangit, Senom dan Pangkor. Sedangkan Sunan Bonang menciptakan Tembang Durmah. Seirin

Anarko-Sindikalisme dan Rokok Ilegal

[Episode 1] Oleh: Sulaisi Abdurrazaq _(Ketua DPW APSI Jatim dan Direktur LKBH IAIN Madura)_ *DRAMATURGI* bakar tembakau Jawa berikut armada di Pamekasan (15/9/22) bagi saya merupakan adegan menghina Polisi dan Bea Cukai. Mengapa? Karena tindakan itu menonjolkan situasi _anarkhia_, suatu keadaan tanpa kekuasaan pemaksa yang merupakan cita-cita penganut aliran anarkisme. Anarkisme menolak semua kekuasaan memaksa. Polisi, Undang-Undang, Peradilan, Angkatan Bersenjata, dan lain-lain bagi penganut aliran ini adalah buruk, sehingga harus ditolak dan dilawan. Dengan demikian, termasuk bea cukai. Baginya, jika perekonomian ditata dengan adil, lembaga negara tidak diperlukan lagi. Moral manusia tidak boleh dipaksa, kesatuan manusia yang dipaksa oleh negara harus diganti dengan komunitas yang bebas, baik individu maupun masyarakat. Perang, kejahatan, kriminal dan perselisihan akan sirna jika perekonomian ditata dengan adil. Itulah paham anarkisme. Lalu, apa anarko-sindikalisme? Ia ad

Yang Etis, Yang Politis

Oleh: Sulaisi Abdurrazaq (Ketua DPW APSI Jatim) Pada 29 Agustus 2022, seorang Wakil Direktur LKBH IAIN Madura memberi nota ingatan agar saya tidak lupa agenda besok pagi, ada Diskusi Terbatas yang digelar Pusat Studi Debat Hukum dan Konstitusi Fasya IAIN Madura dengan tajuk: "Peranan Bawaslu dalam Penegakan Etika Berpolitik" Selasa, 30 Agustus 2022, saya salah satu nara sumber yang sengaja datang terlambat dengan maksud agar pemateri lainnya dari Bawaslu Pamekasan diberi kesempatan lebih awal. Setelah Opening Ceremony nyaris selesai, saya masuk. Mata saya agak silau, karena ternyata agenda inti belum mulai. Tak ada mahasiswa di ruang diskusi, yang ada dosen-dosen dan guru-guru saya. Protes pertama saya pada penyelenggara: Mengapa tidak dari awal disampaikan bahwa pesertanya para dosen? Agak sebal, tapi sekaligus senang, karena sudah sekian lama saya tidak bertatap muka dengan dosen-dosen IAIN Madura, akibat ulah biang kerok Covid-19 yang membatasi pertemuan wajah

AKSI NYATA MODUL 1.4 PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SMPN I PASONGSONGAN

AKSI NYATA MODUL 1.4 PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SMPN I PASONGSONGAN Oleh: Mariyatul Qiptiya, S.Pd CGP Angkatan 5 SMPN I Pasongsongan Kab. Sumenep 1.Latar Belakang Pendidikan menurut  Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya,  baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Untuk membuat anak merasa nyaman dan bahagia, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penerapan budaya positif. Budaya Positif adalah keyakinan dan nilai yang disepakati bersama dalam jangka waktu yang lama.  Budaya positif merupakan perwujudan dari keyakinan universal yang di terapkan di sekolah yang diharapkan terbangun secara instriksik di dalam diri masing-masing warga sekolah.  Maka perlunya peran guru dalam menerapkan restitusi dalam membersamai murid mengatasi masalahnya sendiri serta menepatkan diri pada posisi kontrol guru  sebagai manager. Di SMPN I Pasongsongan, juga meras

Puncak Sosok Malam Hari

Puncak Sosok berlokasi di Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta. Saya bersama Ahmad Rasidi (terapis Banyu Urip Pusat Yogyakarta) mengendarai sepeda motor, menembus halimun. Ahad malam (28/8/2022). Dari tempat kerja kami, Jalan Selokan Mataram Sleman, berjarak tempuh 45 menit perjalanan ke Puncak Sosok.  Saya tak menyangka tempat rekreasi ini ramai dangan pengunjung. Karena saat masuk jalan kampung dan menanjak, suasana begitu sepi. Jarang rumah penduduk.  Sampai tempat tujuan, kami memesan makanan dan minuman hangat. Udara mulai dingin. Harga makanannya sangat murah.  Live music menghibur para pengunjung yang rata-rata kaum muda. Umumnya mereka datang bersama pasangannya.  Dari Puncak Sosok ini terlihat jelas seluruh lampu Kota Yogyakarta. Kami pulang membawa kenangan indah, walau tidak bersama kekasih tercinta.[]

Restitusi Sebuah Cara Menanamkan Disiplin Positif Pada Siswa

Oleh: Agus Sugianto, S.Pd Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiawikan manusia. Ketika peserta didik mampu menguasai dirinya, maka mereka akan mampu untuk menentukan sikapnya.  Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Beliau juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan kata lain, pendidikan menjadikan seseorang mudah diatur, tetapi tidak dapat disetir. (http://tyanfedi.blogspot.com/2013/11/tujuan-pendidikan-menurut-ki-hajar.htm).  Selain itu Pendidikan menurut  Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapa

Menggugat Polri Presisi (Part-1)

Oleh: Sulaisi Abdurrazaq (Penasehat Hukum Leny Hardiyati) "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan, jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh." (Jalaluddin Rumi) Sambo adalah ujian berat Polri Presisi. Pakar hukum pidana Universitas Indonesia, Eva Achjani Zulfa mengingatkan bahwa citra polisi dipertaruhkan dalam kasus Ferdy Sambo. Kerja keras dan cita-cita Kapolri untuk transformasi Polri Presisi hampir terjerembab ke tubir balkanisasi. Wajah Polri mendadak angker. Menyebut kata polisi, wajah Sambo yang tergambar. Selain bayang-bayang _unlawfull killing_ empat laskar FPI di tol KM50 Jakarta-Cikampek. Polri Presisi adalah abreviasi dari PREdiktif, responSIbilitas, dan transparanSI berkeadilan. Cukup ideal, jargonik dan progresif. Bahkan, untuk kepentingan Polri yang berkeadilan, Polri bangga dengan cara baru penyelesaian perkara lewat pencapaian keadilan restor